Doa Mohon
Dihindarkan Dari Segala Penderitaan
رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ
الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang".
Nabi
Ayyub berkebangsaan Rum (Romawi). Garis
keturunan dari ayahnya adalah Ayyub bin Amush bin Rozah bin Aish bin Nabi Ishaq
bin Nabi Ibrahim . Adapun ibunya adalah
keturunan dari Luth bin Haran. Sedangkan Haran adalah saudara Nabi Ibrahim .
Isteri
Nabi Ayyub bernama Rohmah binti Ifroyim
bin Nabi Yusuf bin Nabi Ya’qub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim .
Suatu
saat, para malaikat membicarakan manusia, tentang siapakah yang paling kuat
imannya dan paling hebat ketaatannya kepada Alloh. Akhirnya mereka
berkesimpulan bahwa pada saat itu manusia yang paling kuat imannya dan paling
bagus kjetaatannya kepada Alloh adalah Nabi Ayyub. Disamping sebagai seorang Nabi, beliau
adalah seorang hartawan, yang dikaruniai oleh Alloh kekayaan yang melimpah
berupa perkebunan dan peternakan unta, sapi, kuda, himar dan lain-lain dengan
jumlah mencapai ribuan. Beliau juga dikaruniai anak ayng banyak dan seorang
isteri yang sangat cantik. Tetapi nikmat dan karunia yang begitu banyak tersebut
tidak sedikitpun yang menyurutkan keimana, ibadah dan ketaatannya kepada Alloh.
Tidak henti-hentinya beliau ungkapkan rasa syukur kepada Alloh dalam bentuk
berbelas kasihan kepada sesama, terutama kepada kaum fakir-miskin, para janda,
anak-anak yatim, dan tambahan bekal untuk para musafir. Beliau sangat terkenal
sebagai orang yang sangat menghormati dan memulyakan tamu. Semua itu membuat
para malaikat merasa kagum kepada beliau, kemudian memohonkan rahmat untuk
beliau.
Pada
waktu itu, Iblis masih bebas naik-turun ke langit untuk mencari dan mencuri
kabar berita, termasuk menyadap pembicaraan para malaikat tentang kemulyaan
Nabi Ayyub. Tentu saja hal ini membuat Iblis merasa iri dan dengki kepada
beliau. Ketika pada puncak kedengkiannya,
Iblis dengan lancangnya menghadap kepada Alloh seraya memohon : “Wahai
Tuhan, Ayyub beribadah sesungguhnya bukan karena Engkau. Ia memuji dan bersyukur
juga bukan karena Engkau, akan tetapi adalah agar harta dan anak-anaknya tidak
berkurang, bahkan agar semakin bertambah banyak. Sekiranya Engkau
memberinya musibah, tentu ia akan meninggalkan syukur dan ketaatannya kepada
Engkau”
Alloh
menjawab : “Ayyub itu hambaKu yang
beriman dengan tulus dan ikhlas. Ia menyembahKu dengan penyembahan yang murni,
jauh dari pengaruh harta dunia. Kamu boleh mengujinya”.
Alloh
mengizinkan Iblis la’natulloh mengganggu
dan menguji keimanan Nabi Ayyub, agar kesucian iman, ketaatan, kesabaran dan
kesyukurannya dapat menjadi teladan bagi umat manusia sesudahnya.
Iblis
segera mengumpulkan syetan-syetan dan jin Ifrit untuk membunuh semua ternak
Nabi Ayyub. Tidak sampai genap satu malam, seluruh ternak beliau mati mengenaskan.
Iblis la’natulloh merubah bentuk aslinya menjelma menjadi seorang manusia
(kepala desa), kemudian datang menemui Nabi Ayyub yang saat itu sedang shalat
untuk mengabarkan keadaan ternaknya : “Wahai Ayyub, semua ternakmu mati
bergelimpangan dimana-mana. Tak seekor pun yang terlihat hidup. Tuhan yang
selalu engkau sembah dan engkau puji ternyata tidak mampu menolongmu. Ini
berarti bahwa ibadahmu selama ini sia-sia dan tidak ada manfaatnya”.
Jawaban
Nabi Ayyub : “Semua ternak itu milik Alloh yang dititipkan kepadaku. Saat
ini ternak-ternak tersebut diambilNya kembali, dan aku pun tidak berhak
menghalanginya, karena itu semua adalah milikNya. Terpujilah Dzat yang memiliki
dan terpujilah Dzat mengambilnya kembali
hak milikNya”.
Melihat
keteguhan dan kesabaran Nabi Ayyub, Iblis la’natulloh semakin dengki. Ia
mengumpulkan para pengikutnya dari kalangan syetan dan jin Ifrit. Mereka
ditugasi merusak seluruh perkebunan milik Nabi Ayyub. Mereka menggiring angin
kencang dan awan panas ke arah perkebunan beliau, sehingga seluruh tanamannya
menjadi mati dan rusak berantakan. Tak satu batangpun pohon dan tanaman yang
hidup. Sekali lagi Iblis la’natulloh
mendatangi Nabi Ayyub yang saat itu sedang khusyuk dalam sujudnya. Dengan
menyerupai seorang tetua yang bijak, Iblis mengabarkan keadaan perkebunannnya
yang hancur berantakan. Nabi Ayyub mengatakan kepadanya ; “Maha Terpuji
Tuhan yang telah menurunkan nikmat. Dan Maha Terpuji Tuhan yang menurunkan
siksa. Semua yang ada di alam semesta ini merupakan milikNya yang diberikan kepada
siapa saja yang dikehendakiNya dan mengambilnya kembali dari siapa saja yang
dikehendakiNya.”
Iblis
la’natulloh benar-benar merasa kecewa. Semua usaha dan tipu dayanya menggoda
Nabi Ayyub gagal total. Namun ia tidak lekas putus asa dan terus berupaya
menggoda keimanan dan ketabahan beliau. Iblis segera menghadap kepada Alloh dan
berkata : “Ya Alloh, Ayyub masih tetap memuji Engkau setiap menerima nikmat
dan selalu sabar setiap menghadapi berbagai cobaan. Itu semua adalah disebabkan
ia merasa masih mempunyai anak-anak yang diharapkan dapat menolongnya. Bila
Engkau mengizinkan, aku akan melenyapkan semua anak-anaknya, dan aku yakin
bahwa dengan cara seperti ini maka akan nampak kekafiran dan keingkarannya
kepada Engkau”.
Alloh
menjawab : “Kamu boleh merusak anak-anaknya, tetapi kamu akan melihat bahwa
Ayyub tidak akan goyah keimanannya, ia tidak akan berkurang kesabaran dan
syukurnya”.
Dengan
bantuan bala tentaranya, Iblis laknatulloh menghancurkan rumah-rumah tempat
tinggal anak-anak Nabi Ayyub dan menewaskan mereka, sehingga tidak satupun anak
beliau yang masih hidup. Iblis kemudian menemui beliau dan berkata: “Wahai
Ayyub, semua rumah anak-anakmu telah hancur dan semua anak-anakmu mati karena
tertimbun reruntuhan rumahnya. Itulah balasan yang Alloh berikan atas
pengabdianmu kepadaNya”.
Nabi
Ayyub bersujud sambil berlinang air mata, seraya berkata : “Alloh yang
memberi. Alloh yang mengambilnya kembali. Alloh yang menghidupkan dan Alloh
pula yang mematikan. Terpujilah Dia yang menjalankan hakNya, dan atas semuanya
itu aku memujiNya”
Iblis
la’natulloh sangat kecewa atas kegagalan usahanya itu. Tetapi dasar Iblis, ia
masih berupaya mencari cara lain untuk meruntuhkan iman Nabi Ayyub. Ia kembali
menghadap kepada Alloh, dan dengan berbagai alasan ia meminta izin untuk
merusak kesehatan badan beliau dengan berbagai macam penyakit”.
Alloh
memang telah memilih Nabi Ayyub sebagai salah seorang hambaNya yang sabar,
tabah dan kuat imannya dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, untuk
dijadikan sebagai suri teladan bagi orang-orang yang beriman. Alloh pun
kemudian mengizinkan Iblis melakukan tipu dayanya terhadap Nabi Ayyub.
Iblis
bereaksi dengan cepat menebarkan suatu penyakit yang cukup berbahaya kedalam
tubuh Nabi Ayyub, sehingga beliau hanya bisa berbaring di tempat tidurnya.
Berbilang hari, pecan, bulan dan tahun dilaluinya bersama penyakit yang
menggerogoti tubuhnya. Tubuh yang semula gagah dan tampan menjadi lunglai tak
berdaya, kurus, pucat, matanya cekung dan muram. Hartanya habis dan seluruh
anak-anaknya mati tak tersisa satupun. Sementara itu sanak saudara dan
teman-temannya yang dahulu sangat akrab, satu persatu mereka meninggalkannya,
seolah-olah mereka tidak pernah mengenalnya. Satu-satunya orang yang setia
kepada beliau adalah Rohmah, isterinya. Dialah yang selalu mendampingi,
melayani dan menghiburnya dengan penuh keilhlasan, kesabaran dan keteguhan
iman.
Sahabat
dan tetangga yang dahulu setia berubah membenci dan mengejeknya. Bukan belas
kasih dan pertolongan yang mereka berikan, akan tetapi mereka malah tega
mengusir Nabi Ayyub dan istrinya keluar dari kampung halaman mereka. Jerit
tangis Rohmah melengking sekeras-kerasnya begitu ia mendengar kata-kata mereka
yang kasar dan tidak ada rasa kemanusiaan mengusir dia dan suaminya keluar dari
tanah kelahiranya sendiri. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia gendong
suaminya keluar kampung menuju hutan, dan tinggal di sebuah gubuk yang telah
ditinggalkan oleh pemiliknya.
Untuk
kebutuhan makan sehari hari, Rohmah bekerja sebagai tukang potong roti pada
seorang pedagang di suatu kota. Setiap sore ia pulang dari tempatnya bekerja
sambil membawa beberapa iris roti sebagai upahnya untuk dimakan bersama
suaminya. Hari demi hari pekerjaan ini dilalui secara rutin oleh Rohmah dengan
penuh kesabaran, tetapi pedagang itu akhirnya mengetahui bahwa Rohmah adalah
istri Nabi Ayyub. Mereka merasa khawatir tertular penyakit suaminya, sehingga
Rohmah tidak dizinkan lagi bekerja di tempatnya. Seketika itu ia Rohmah pulang
ke gubuknya dengan tangan hampa. Hari-hari berikutnya dia bersama suaminya
tanpa makan dan minum sampai akhirnya dia memutuskan hendak pergi lagi untuk
mencari makanan, meskipun Nabi Ayyub agak keberatan melepas kepergian istrinya
karena dikhawatirkan tidak kembali. Namun Rohmah berjanji, bahwa selagi masih
hidup, dia akan setia kepada beliau.
Nabi
Ayyub sangat sedih, kemudian menangis. Beliau menangis bukan menangisi
nasibnya, akan tetapi karena rambut Rohmah yang membuatnya bertambah cantik dan
menarik itu telah dijualnya. Namun Rohmah adalah seorang istri yang sangat
bijaksana. Dia berkata dan menghibur suaminya : “Insya Alloh, rambutku akan
tumbuh kembali. Bahkan akan lebih indah dari yang sudah hilang”.
Nabi
Ayyub pun merasa puas dan bersyukur dengan memuji Alloh, bertasbih dan
bertakbir. Bahkan beliau sampai pada puncaknya kata munajat : “Ya Alloh, aku
ridho sekiranya Engkau cabut semua nikmat yang Engkau berikan kepadaku : harta,
anak, kesehatan, bahkan darah, daging dan tulangku. Namun aku memohon jangan
Engkau cabut dua nikmatMu dariku, yaitu akal pikiran dan lidahku. Karena dengan
akal aku masih bisa mengingatMu dan dengan lidah aku masih bisa berdzikir
memuji dan menyebut Asma’Mu”.
Sungguh
luar biasa kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub. dalam keadaan semacam itu
beliau masih tetap memuji syukur, berdzikir dan menyebut Asma’ Alloh di balik itu, Iblis juga masih tetap gigih
dan tanpa mengenal putus asa berusaha menimpakan berbagai cobaan kepada Nabi
Ayyub dan isterinya. Ketika Iblis berulang-ulang gagal dan tidak mampu
menggoyahkan kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub, Iblis kemudian
mengalihkan perhatiannya menggoda isterinya. Iblis mengingatkan Rohmah akan
masa jaya-jayanya yang penuh kemewahan dan kesenangan hidup bersama anak-anaknya.
Iblis mengingatkan Rohmah, bagaimana dahulu para sanak kerabat, teman-teman dan
tetangganya silih berganti mengunjungi rumahnya dengan penuh keakraban. Akan
tetapi kini semua itu telah berganti dengan penderitaan yang datang
bertubi-tubi. Sedikit demi sedikit ingatan masa lalu yang dipompakan oleh Iblis
tersebut mempengaruhi hati Rohmah, sehingga tanpa menyadari akibatnya dia
mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan suaminya : “Wahai Ayyub, sampai
kapan Alloh menyiksamu seperti ini? Harta benda, anak-anak, teman-teman dan
tubuhmu yang dahulu sehat, gagah dan tampan, kemana perginya semua itu?”
Hati
Nabi Ayyub benar-benar sangat sedih begitu mendengar kata-kata istrinya
tersebut. Di balik kata-kata isterinya itu tersirat bahwa istrinya sudah goyah
pendiriannya. Kata Nabi Ayyub kepada istrinya: “Sungguh, Iblis telah
menyesatkanmu, wahai Rohmah!”.
Rohmah
membalas : “Kenapa engkau tidak berdoa saja kepada Alloh agar segera
menghilangkan kesedihan dan bencana yang menimpa dirimu? ”
Jawaban
Nabi Ayyub : “Aku malu kepada Alloh untuk meminta hilangnya bencana yang
baru sebentar ini. Sekarang aku mengerti, bahwa pendirianmu sudah goyah dan
imanmu menjadi tipis. Tinggalkan aku sendirian. Aku tidak membutuhkan kamu untuk mengurusi aku. Aku tidak mau lagi
memakan makanan dan meminum minuman yang kamu sajikan. Bila aku nanti sembuh,
aku akan menghukummu seratus cambukan disebabkan kelemahan imanmu. Sekarang,
biarkan aku seorang diri, menunggu ketetapan Alloh atas diriku”.
Puncak
dari segala musibah, cobaandan ujian hidup telah dijalani oleh Nabi Ayyub
dengan tanpa mengenal sesal, keluh kesah dan putus asa. Semuanya dilaluinya
bersama pikiran yang selalu ingat kepada Alloh dan lisan yang selalu berdzikir.
Delapan belas tahun Nabi Ayyub hidup dalam ujian yang begitu berat dan
bertambah berat lagi setelah istrinya pergi meninggalkannya. Beliau kemudian
berdoa kepada Alloh :
رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ
الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya:
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa bencana (penyakit) dan Engkau
adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara yang penyayang”. (QS Al-Anbiya’ :
83)
Alloh
kemudian berfirman yang artinya : “Hentakkan kakimu. Inilah air yang sejuk
untuk mandi dan minum”
Begitu
Nabi Ayyub menghendakkan kakinya, air bening nan segar seketika itu memancar
dari dalam tanah. Dengan air itu beliau mandi dan minum. Atas izin Alloh, luka
dan penyakit yang dideritanya lenyap seketika. Bahkan tubuh beliau semakin
bugar, kuat dan lebih gagah disbanding keadaannya sebelum sakit. Beliau
langsung bersujud dan bersyukur kepada Alloh.
Sementara
itu, di hati Rohmah timbul rasa kangen. Dia ingin mengunjungi Nabi Ayyub u.
Bagaimana kondisi suaminya setelah dia tinggalkan. Sesampainya di gubuk, dia
tidak menemukan suaminya yang dahulu hanya tidur terbaring sakit di tempat
tidurnya. Yang dia temukan adalah seorang lelaki muda belia yang nampak sangat
gagah dan tampan. Dia bertanya kepada lelaki tersebut “Semoga Alloh
memberkati anda. Apakah anda melihat seorang Nabiyulloh yang terbaring sakit di
tempat ini? Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalau dia sehat, wajahnya
mirip dengan anda!”.
“Akulah
Ayyub”, kata lelaki tersebut.
Antara
percaya dan tidak, Rohmah mengagumi perubahan yang begitu cepat pada diri
suaminya. Seluruh penyakitnya telah sembuh secara ajaib, bahkan nampak lebih
bugar, gagah dan tampan.
Allah
memerintahkan kepada Nabi Ayyub agar menghukum istrinya tersebut seratus kali
cambuk dengan setangkai rumput yang sudah kering. Setelah itu beliau menyuruh
mandi dan minum dari mata air tersebut. Berkat karunia Alloh, keremajaan wajah
dan tubuh Rohmah pun kembali seperti usia belasan tahun.
Alloh
mengembalikan semua yang telah sirna, baik harta maupun anak-anak, bahkan
dilipatgandakan, sebagai balasan atas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayyub.
Beliau wafat dalam usia 93 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar