Rabu, Mei 07, 2014

80. Keutamaan Berdzikir *)




Judul Buku:
Bid’ah-kah, Dzikir Bersama Dengan Suara Keras?


 

KEUTAMAMAN BERDZIKIR KEPADA ALLAH


Ketahuilah bahwa berdzikir kepada Alloh adalah bagian dari ibadah yang paling utama, kepatuhan yang paling agung, pendekatan diri terbesar, dan bentuk ibadah zhahir yang paling tepat kepada Alloh, baik dengan suara pelan maupun lantang (keras), baik dalam kondisi sendirian maupun berjamaah (kolektif), baik di masjid maupun di tempat lainnya, serta baik setelah shalat wajib maupun pada setiap saat.

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an, Hadis Nabi maupun Atsar[1] yang menjelaskan tentang kebesaran dan keutamaan berdzikir, keagungan pahalanya, dorongan untuk terus-menerus berdzikir dan peringatan keras atas kelalaian berdzikir pada setiap keadaan dan peristiwa.

Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَ سَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya[2].  Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (QS Al Ahzab: 41-42).

Alloh berfirman :

وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Ankabut, 29 : 45)


Yakni berdzikir kepada Allah lebih utama bila disbanding dengan ibadah lain yang selain dzikrullah.[3]

Allah juga berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ
Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d, 13 : 28)

Syaikh Isma’il mengatakan, bahwa berdzikir dapat menyembuhkan penyakit yang tidak terlihat sebagaimana obat dapat menyembuhkan penyakit fisik.

Allah berfirman :

وَ اذْكُرْ رَبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَ خِيْفَةً وَ دُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَ الْآصَالِ وَ لَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,[4] di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al A’raf, 7 : 205)

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَالِكَ فَأُولَاءِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.”. (QS Al Munafiqun, 63 : 9)

Allah berfirman :

فَاذْكُرُوْا اللهَ قِيَامًا وَ قُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِكُمْ
Maka ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (QS An Nisa’, 4 : 103)

Allah berfirman :

فَاذْكُرُوْا نِيْ أَذْكُرْكُمْ وَ ااشْكُرُوْا لِيْ وَ لَا تَكْفُرُوْنَ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”. (QS Al Baqarah, 2 : 152)

Allah berfirman :

فَأَعْرِضْ عَمَّنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (QS An Najm, 53 :29

Diriwayatkan dari sahabat Anas :

الذِّكْرُ شِفَاءُ الْقُلُوْبِ
Dzikir adalah obat hati[5]

Hadis riwayat Ibnu Umar :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لِكُلِّ شَيْئٍ سِقَالَةً وَ إِنَّ سِقَالَةَ الْقُلُوْبِ ذِكْرُاللهِ وَمَا مِنْ شَيْئٍ أَنْجَى مِنْ عَذَابِ اللهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. قَالُوْا وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ وَلَوْ أَنْ تَضْرِبَ بِسَيْفِكَ حَتَّى يَنْقَطِعَ (رواه أبى الدنيا و البيهقي)
“Sungguh, segala sesuatu memiliki kilau cahaya. Sungguh, kilau cahaya hati adalah berdzikir kepada Allah. Dan tidak ada yang dapat lebih menyelamatkan dari siksa Allah yang mengalahkan berdzikir kepada Allah. Para sahabat bertanya : “Apakah perang di jalan Allah tidak lebih menyelamatkan?”. Nabi menjawab, “Meskipun kamu memukulkan pedangmu sampai patah, berdzikir tetap lebih utama[6].  (HR Ibnu Abi Dunya dan Baihaqi)[7]

Begitu pula hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ الْعِبَادِ أَفْضَلُ وَ أَرْفَعُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟  قَالَ الذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا. قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمِنَ الْغَازِيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ لَوْ ضَرَبَ بِسَيْفِهِ فِى الْكُفَّارِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ حَتَّى يَنْكَسِرَ وَيَخْتَضِبَ دَمًا فَإِنَّ الذَّاكِرِيْنَ لِلهِ أَفْضَلُ مِنْهُ (رواه أحمد و الترمذي)
“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya: “Siapakah hamba yang paling utama dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat?”. Rasulullah menjawab: “Yaitu orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah”. Rasulullah ditanya lagi, “Apakah melebihi keuttamaan orang-orang yang berperang di jalan Allah?”. Rasulullah menjawab, “Jika saja seseorang memukulkan pedangnya pada orang-orang kafir dan orang-orang musyrik hingga patah dan berlumuran darah, maka orang yang berdzikir kepada Allah lebih utama”. (HR Ahmad dan Turmudzi[8])

Dalam hadis qudsi, Allah berfirman :

أَنَا عِنْدَ عَبْدِيْ بِيْ وَ أَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِيْ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ وَ إِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Aku berada dalam prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya. Bila ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Apabila ia menyebut-Ku dalam kelompok yang mulia, maka Aku menyebutnya dalam kelompok mulia yang lebih baik dari mereka”.[9]

Rasulullah bersabda :

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَ الْبَيْتُ الَّذِيْ لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ وَمَثَلُ الشَّجَرَةِ الْخَضْرَاءِ بَيْنَ الشَّجَرِ الْيَابِسِ
“Perumpamaan rumah yang didalamnya disebut nama Allah dan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati, serta laksana pohon yang hijau diantara pohon yang kering”.[10]

Imam Malik meriwayatkan hadis dari Rasulullah :

ذَاكِرُ اللهِ فِى الْغَافِلِيْنَ كَغُصْنٍ أَحْضَرَ فِيْ شَجَرَةٍ يَابِسٍ
“Orang yang berdzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lupa adalah seperti ranting yang hijau diantara pohon yang kering”.[11]

Dalam sebuah hadis dinyatakan :

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلَّذِيْ قَالَ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ شَرَائِعُ الْإِسْلَامِ فَمُرْنِيْ بِشَيْئٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ, فَقَالَ لَهُ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ 
Rasulullah SAW bersabda kepada salah seorang sahabat yang bertanya: “Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagi saya, maka perintahkanlah kepada saya sebagiannya yang bias saya jadikan sebagai pegangan!”. Rasulullah SAW bersabda :”Jangan kau hentikan mulutmu basah karena berdzikir kepada Allah”. [12]

Dan dalam sebuah Hadis Qudsy dinyatakan :

أَهْلُ ذِكْرِيْ أَهْلُ مُجَالَسَتِيْ
“Orang yang ahli berdzikir kepada-Ku adalah orang yang akan berkumpul dengan-Ku”.[13]

Ibnu Mas’ud mengatakan :

غِرَاسُ الْجَنَّةِ سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
“Tanaman surga adalah kalimat subhaanalloh, walhamdulillah, walaa ilaaha illallooh, walloohu akbar, wa laa haula wala quwwata illaa billaah”.

Syaikh Isma’il mengatakan, bahwa ini adalah diantara dzikir yang paling agung dan yang diajarkan dari Nabi SAW.

Ada sebuah riwayat dari Tabi’in yang menerangkan :

وَقَالَ رَجُلٌ لِلِحَسَنِ الْبَصْرِيِّ, يَا أَبَا سَعِيْدٍ أَشْكُوْ إِلَيْكَ قَسْوَةَ قَلْبِيْ, فَقَالَ أَدِّبْهُ بِذِكْرِ اللهِ
“Seseorang bertanya kepada Hasan Al Bashri: “Wahai Abu Sa’id, saya mengadu kepadamu mengenai kerasnya hati saya”. Beliau jawab: “Dididiklah hatimu dengan berdzikir kepada Alloh”

Hasan Al Bashri juga pernah mengatakan :

وَقَالَ الذِّكْرُ ذِكْرَانِ ذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بَيْنَ نَفْسِكَ وَ بَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا أَحْسَنَهُ وَ أَعْظَمَ أَجْرَهُ وَ أَفْضَلُ مِنْ ذَالِكَ ذِكْرُ اللهِ سُبْحَانَهُ عِنْدَ مَا حَرَّمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Berdzikir itu ada dua macam, yaitu berdzikir kepada Allah antara dirimu dan Allah. Ini sangat bagus dan besar pahalanya, (tetapi) yang lebih utama adalah ingat kepada Allah ketika melakukan hal-hal yang diharamkan Allah”

Syaikh Isma’il menambahkan, bahwa sebab dia telah menjauhi sesuatu yang diharamkan karena patuh kepada Allah.

Berdzikir yang paling utama adalah berdzikir dalam hati dan mulut secara bersamaan, yaitu berdzikir yang terucap di mulut bias hadir didalam hati.

Sementara kelalaian untuk berdzikir kepada Allah adalah kesalahan besar dan sangat berbahaya.

Allah berfirman :

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرْيْنٌ
“Barang siapa yang berpaling dari ajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Qur’an), maka Kami tetapkan baginya syetan (yang menyesatkan), dan syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”. (QS Az Zukhruf, : 36).

Lalai atau lupa berdzikir kepada Allah adalah sebagian tanda dari perilaku orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah :

يُرَائُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلَّا قَلْيْلًا
“Mereka (munafikin) bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS An Nisa’, 4: 142)

Allah berfirman :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَ نَخْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.  قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْ أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرً. قَالَ كَذَالِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيْتَهَا وَ كَذَالِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah dating kepadamu ayat-ayat Kami, lantas kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan”. (QS Thaha, 20: 124 – 126).

Disebutkan dalam sebuah hadis:

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ  عَلَيْهِ تِرَةً وَمَنْ قَامَ مَقَامًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ
Barangsiapa yang duduk di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya. Barangsiapa yang berdiri di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya. Dan barangsiapa yang berbaring di suatu tempat dan ia tidak berdzikir kepada Allah di tempat tersebut, maka akan menjadi penyesalan baginya[14].

Syaikh Isma’il menambahkan, maksudnya penyesalan atau beban yang selalu membelenggu.

 
_______________________________

*) Sumber : diambil & disadur dari terjemahan kitab berbahasa asli arab : IRSYADUL MUKMININILAA FADHO-ILI DZIKRI ROBBIL ‘ALAMIIN,  Penulis :Syaikh Isma’il Utsman Zain al-Yamaniy al-Makkiy. Penterjemah : 1) M. Ma’ruf Khozin, S.Pd.I; 2) H.M. Ali Maghfur Syadzili Isk, dengan judul : "Bid'ah? Dzikir Bersama Dengan Suara Keras". Ditashih oleh : 1) KH Ahmad Dzulhilmi Ghazali;   2) KH Asyhari Shofwan, M.Pd.I;    3) KH Imam Syuhada’. Diterbitkan oleh : Al-Fatah Media Press Surabaya, bekerjasama dengan PC LBM NU Kota Surabaya.





Catatan Kaki : 
[1] Yakni amaliyah (perbuatan) atau perkataan para sahabat Nabi.
  
[2] Dalam hal ini, Imam Ibnu Abbas berkata bahwa Allah tidak mewajibkan sesuatu kepada hambaNya kecuali dengan memberi batasan yang jelas dan memberi toleransi kepada pelakunya saat ada ‘udzur (halangan) kecuali dzikir.  Sebab Alloh tidak memberi batasan tertentu pada dzikir dan tidak menolerir untuk meninggalkannya. Baca Tafsir Ibnu Katisr, VI/433. Mukhtashar Tafsir Al Baghawi, VI/246. Begitu pula Imam Asy Syaukani juga menjelaskan tentang ayat ini bahwa Allah menyeru hamba-hambaNya untuk selalu memperbanyak dzikir dengan membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan apa saja yang dikategorikan dzikir kepada Allah, dengan dipertegas surat An Nisa’ ayat 103. Lihat Fathul Qadir, VI/54. Bahkan Imam Al Baghawi dalam Tafsir Al baghawi VI/359 memaparkan makna dzikir sebanyak-banyaknya adalah berdzikir pada waktu malam maupun siang, di darat maupun di laut, dalam keadaan sehat maupun sakit, dengan suara pelan (sir) maupun lantang (keras, jahr). Yakni melakukan dzikir dengan tanpa terikat waktu, tempat, tatacara, maupun keadaan.

[3]  Pendapat Syaikh Isma’il ini diperkuat oleh pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, dan Ibnu Umar seperti yang dikutip oleh Al Baghawi dalam Tafsir Al Baghawi, VI/245-247

[4] Al Hafidz Jalaluddin As Suyuti mengatakan bahwa larangan mengeraskan bacaan yang terdapat dalam beberapa ayat adalah ayat-ayat yang diturunkan di Makkah. Baca Al Hawi li Al fatawa, I/379. Namun ketika di Madinah ada beberapa riwayat tentang dzikir dengan suara keras, seperti keterangan di akhir bab ini tentang sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas dalam Shahih Al Bukhari.

[5] HR Dailami dari sahabat Anas dengan lafadz dzikrullah (Al Jami’ As Shaghir, I/431, dan Kanz al Umam, I/414).
[6]  Dzikir lebih utama dari jihad karena jihad adalah cabang (bagian) dari dzikir (al Jihad syu’batun min dzikrillah). HR Baihaqi dalam Syu’ab al Iman, nomer 518 dari sahabat Mu’adz.  Bahkan dalam riwayat tersebut Rasulullah bersabda : “Seandainya semua manusia berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, maka kami tidak perlu berperang di jalan Allah”.

[7] HR. Baihaqi dalam dalam Syu’ab al Iman, hadis nomer 519. Hadis ini diperkuat oleh riwayat lain yang berbeda redaksi oleh Thabrani dalam Al Mu’jam al Kabir nomer hadis 2296.  Al Hafidz Al ‘Iraqi berkata, bahwa sanad hadis ini hasan. Baca Takhrij Ahadits Ihya’, I/237.

[8] HR Ahmad nomer hadis 11738. Turmudzi nomer 3376, ia berkata, bahwa hadis ini gharib, dan Abu Ya’la nomer 1401.

[9] HR Bukhari nomer hadis 6970, Muslim nomer 2675, Ahmad nomer 9340, Turmudzi nomer 3603, ia berkata, bahwa hadis ini  hasan shahih, dan Ibnu Majah nomer 3822.

[10] HR Bukhari nomer hadis 6044, Muslim nomer 779, Ibnu Hibban nomer 854, dan Baihaqi dalam Syu’ab al Iman nomer 536.

[11] Juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyat Al Auliya’, VI/181 dari Ibnu Umar. Al Munawi berkata dalam Faidh al Qadir, bahwa hadis ini juga diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’ab al Iman dari Ibnu Umar. Baca Jami’ al ushul, IV/480.

[12] HR Turmudzi nomer hadis 3375, Ahmad nomer 17716, Ibnu Majah nomer 3793, Ibnu Hibban nomer 814, Hakim nomer 1822, Baihaqi dalam Syu’ab al Iman nomer 512, dan Thabrani dalam Al Mu’jam al Ausat nomer 1441. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, bahwa Hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim.

[13] Hadis Qudsy ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Musnad asy Syamiyyin nomer hadis 973, juga oleh Ibnu ‘Asakir dengan jalur yang sama dalam Tarikh Dimasqi, XVII/77, dan Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman nomer 4563.

[14] HR Abu Dawud nomer hadis 5059, Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman nomer 541, dan At Thabrani dalam Musnad As Syamiyin nomer 1324. Al hafizh Ibnu Hajar menilainya Hasan dalam Raudhah Al Muhadditsin, VIII/13.







Rabu, April 16, 2014

62. Doa-Dzikir Setelah Shalat Fardhu (dari kitab = Khulashoh Syawariqul Anwar* - 1)



Setiap selesai mengerjakan shalat fadhu lima waktu, Anda jangan sampai lupa membaca doa-dzikir berikut ini


1. Membaca :

لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.اللَّهُمَ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ
Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alloohumma laa maani’a limaa a’thaita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzaljaddi minkal-jaddu.
“Tiada tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah! Tiada yang mampu menahan apa yang Engkau anuge-rahkan dan tiada yang ampu menganugerahkan apa yang Engkau tahan, serta tiada berguna orang yang bersungguh-sungguh, karena dari-Mu lah kesung-guhan itu.

Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah saw. selalu membaca bacaan dzikir di atas setiap habis shalat fardhu.

2. Membaca Ayat Kursi :

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ, لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لاَ نَوْمٌ, لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ, مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ, يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَ لاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ, وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضَ, وَ لاَ يَئُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ.
Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta’khudzuhuu sinatun wa laa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa fil-ardh. Man dzalladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi-idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum wa laa yuhiithuuna bisyai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardha, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘azhiim.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada diantara dirinya dan surga selain mati. Barangsiapa yang membacanya sewaktu hendak tidur, ia akan selalu mendapatkan penjagaan Allah dan tidak akan didekati oleh syetan sampai datang waktu pagi. Barangsiapa yang membacanya dan (diteruskan dengan) membaca dua ayat sesudahnya (QS al-Baqarah ayat 256 dan 257), empat ayat pertama surat al-Baqarah (ayat 1 s.d. 4) dan tiga ayat terakhir surat al-Baqarah (ayat 284 s.d. 286), maka selama waktu malam itu syetan tidak akan memasuki rumahnya sampai datang waktu pagi”.

Penjelasan :
Didalam kitab Abwabul Faraj ditambahkan beberapa riwayat hadis tentang keutamaan ayat kursi, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra, yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Abu Mundzir! Ayat apakah yang terbesar (rahasianya) didalam Al-Qur’an?”. Ubay menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau saw. lalu menunjukkan jawabannya, “Alloohu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum ... (sampai akhir)”. Selanjutnya beliau memegang dada Ubay seraya bersabda, “Semoga dadamu penuh dengan ilmu”. (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Al-Hakim dan At-Turmudzi).
Ayat Kursi mengandung lima Asmaul Husna yang agung : Allah, al-Hayyu, al-Qayyum, al-‘Aliyyu dan al-‘Azhim, yang masing-masingnya memiliki manfaat, khasiat dan rahasia tertentu jika hal itu dibaca secara rutin, ajek dan terus menerus.
Orang yang mau mewiridkan atau membaca secara rutin :
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
(Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum)
ia akan segera memperoleh manfaatnya yang berkaitan dengan mencari urusan duniawi, ketinggian pangkat. Dicintai orang (mahabbah), dan terutama dalam urusan keagamaan/ukhrawi.
Jika memiliki hajat tertentu, gabungkan kalimat tauhid (لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله)  dengan salah satu Asmaul Husna yang isi kandungannya sesuai dengan yang kamu kehendaki. Bacalah secara rutin dengan penuh kekhusyukan, hajatmu akan segera terkabul.
Misalnya : لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الرَّزَّاقُ   untuk mencari rizki; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْمُعِزُّ    untuk mencari kehormatan dan pangkat; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْعَلِيْمُ     untuk kelancaran mencari ilmu; لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْوَدُوْدُ    agar dicintai, disayangi orang dan selainnya.
الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ  berkaitan dengan keluhuran dan keagungan. Orang yang merutinkan membacanya, akan memperoleh keluhuran, kemuliaan, dan pangkat-derajat yang agung. Orang yang merasa takut menghadapi penguasa, pejabat yang zhalim / bengis, atau musuh, penjahat atau orang zhalim, bacalah terus menerus sewaktu akan menghadapinya.
Jika memiliki hajat atau persoalan penting, bacalah secara rutin :  اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْم   sambil menghadap kiblat di tempat dan waktu yang mulia, maka segala doa permohonannya akan segera terkabul.
Mengenai tata cara mengamalkannya, para ulama salaf bersepakat membaca ayat kursi sebanyak bilangan hurufnya, yakni 170 kali; atau sebanyak kalimatnya, yakni 50 kali; atau sebanyak bilangan para Rasul dan Ahli Badar, yakni 313 kali. Membaca dengan masing-masing bilangan tersebut akan membawa manfaat yang beragam.
Diantara mereka ada yang membaca Ayat Kursi dari awal sampai akhir, dan setiap kali sampai pada bacaan : 
وَ لاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ   Diulang-ulang 70 kali.  Kemudian membacanya lagi dari awal, dan begitu seterusnya, sampai mencapai jumlah 70 x Ayat Kursi.
Diantara khasiatnya yang lain, jika anda akan menghadap pejabat/penguasa yang jahat atau hakim yang zhalim, sewaktu memasuki kantornya atau ruang kerjanya, bacalah Ayat Kursi, lalu disambung dengan membaca doa di bawah ini, dengan seizin Allah swt, maka mulut orang itu seakan-akan terkunci, tidak berkutik dan berani macam-macam, serta tidak akan berhasil melaksanakan rencana jahatnya. Berikut ini doanya :
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ, يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضِ, يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلإِكْرَامِ, أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هَذِهِ اْلآيَةِ الْكَرِيْمَةِ وَ مَا فِيْهَا مِنَ اْلأَسْمَاءِ الْعَظِيْمَةِ اَنْ تُلْجِمَ فَاخُ عَنَّا وَ تُخْرِسَ لِسَانَهُ حَتَّى لاَ يَنْطِقُ اِلاَّ بِخَيْرٍ اَوْ يَصْمُتْ, خَيْرُكَ يَا هَذَا بَيْنَ عَيْنَيْكَ وَ شَرُّكَ تَحْتَ قَدَمَيْكَ.
Yaa Hayyu yaa Qayyuum, yaa Badii’as-samaawaati wal ardhi, yaa dzal jalaali wal ikraam. As-aluka bihaqqi haadzihil aayatil kariimati wamaa fiihaa minal asmaa-il ‘azhiimati an tuljima faahu ‘annaa, wa tukhrisa lisaanahuu hattaa laa yanthiqu illaa bikhairin au yashmut. Khairuka yaa haadza baina ‘ainaika wa syarruka tahta qadamaika.
Wahai Yang Maha Hidup lagi Yang Maha Berdiri sendiri (mengurusi makhluk-Nya), wahai Pencipta langit dan bumi, dan wahai Tuhan Yang memiliki keluhuran dan kemuliaan. Aku memohon kepada-Mu dengan perantaraan (Ayat Kursi) yang mulia ini dan rahasia yang tersembunyi di balik al-Asma-ul A’zham, kiranya Engkau mengendalikan mulutnya dariku dan menjaga (mengunci) lisannya sehingga tidak mampu berbicara kecuali yang baik-baik atau diam. Kebaikanmu, wahai orang (yang sedang aku hadapi ini), terbayang jelas di depan kedua matamu dan kejahatanmu berada (terinjak) di bawah kedua telapak kakimu.”
















3. Membaca :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ .
Laqad jaa-akum rasuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihimaa ‘anittum hariishun ‘alaikum bilmukminiina ra-uufurrahiim. Fa-in tawallaw faqul hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-’arsyil-’azhiim.
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung’.” (QS at-Taubah,[9] : 128-129).
Menurut penjelasan para ulama salaf, kedua ayat yang dibaca setelah selesai shalat fardhu di atas sangat banyak fadhilahnya.

4. Membaca  Tasbih, Tahmid dan Takbir :

سُبْحَانَ الله ×33, الحَمْدُ لِلَّهِ ×33 ,  الله أكبر ×33 
Subhaanallooh (33 x); Al-hamdulillaah (33 x); Alloohu Akbar (33 x).
“Maha Suci Allah; Segala puji bagi Allah; Allah Maha Besar”.
Untuk menyempurnakan bilangan keseratusnya, hendaknya diteruskan dengan membaca dzikir :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah. Lahul mulku wa lahul-hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir.
“Tiada tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang setiap selesai shalat fardhu membaca tasbih 33 x, tahmid 33 x, takbir 33 x dan menyempurnakan bilangan keseratusnya dengan bacaan Laa ilaaha illalloohu wahdahu...(sampai akhir), maka semua dosanya akan diampuni, sekalipun sebanyak buih di laut”. (HR Muslim).
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis yang bersumber dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw bahwa orang yang membacanya seratus kali sehari, pahalanya seukur dengan memerdekakan sepuluh budak, dicatatkan seratus kebaikan, dihapuskan seratus kejelakan, dan dijaga dari gangguan syetan pada siang hari itu sampai sore.

5. Membaca :
  
 حَسْـبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ

Hasbunalloohu wa ni’mal wakiil  (sebanyak 20 s.d. 200 kali)
“Allah telah mencukupi kami. Dia sebaik-baik tempatku berserah diri”.

6.  Membaca :
اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ  (20 – 200)
Astaghfirulloohal ‘azhiim  (dibaca 20 s.d 20 kali)
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung

7. Membaca : 
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ المُلْكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ  (10 – 100 ×)
Laa ilaaha illalloohul-malikul haqqul mubiin.  (dibaca 10 x s.d. 100 x)
 Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Merajai Kebenaran yang abadi”.
Catatan : Rasulullah saw mengatakan bahwa orang yang membacanya setiap hari seratus kali akan terbebas dari kemiskinan. (HRAbu Na’Imam, imam Malik dan ad-Dailami, dari Ali bin Abi Thalib).

8. Membaca :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.
Alloohumma shallialaa sayyidinaa Muhammad, waalaa aalihii wa shahbihii wa sallim. (dibaca 100 x s.d. 100 x)
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam-Mu kepada junjungan kita, Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya”.

9. Membaca :
أَسْتَغْفِرُ الله العَظِيْم الّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ 
Astaghfirulloohalazhiim. Alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaiih. (3 x)
Aku memohon maaf kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat Yang tiada tuhan selain Dia, Yang Hidup Abadi lagi terus menerus mengurusi makhluk-Nya. Dan aku bertaubat kepada-Nya”.
Selain bacaan di atas, Rasulullah saw. melakukan, memerintahkan dan menambahkan bacaan dzikir berikut ini setiap selesai shalat maghrib dan subuh :

10. Membaca :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir.   (dibaca 10 x)
Tiada tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”.
Beliau saw mengatakan, bahwa orang yang membacanya, baginya akan dicatatkan sepuluh kebaikan, dihapuskan sepuluh kejelekan, diangkatkan derajatnya sepuluh kali lipat, dijaga (dari gangguan apa saja sejak waktu pagi/subuh) sampai sore hari, dan terjaga (sejak waktu sore/maghrib) sampai pagi hari. (HR At-Thabrani).

11. Membaca :
اللَّهُمَّ آجِرْنِي  مِنَ النَّارِ
Alloohumma aajirnii minannaar.  (dibaca 7 x)
Ya Allah! Lindungilah aku dari api neraka”.
Beliau saw menegaskan, “Jika Anda selesai shalat subuh, bacalah dzikir (seperti di atas) sebelum Anda berbicara. Sesungguhnya, jika Anda meninggal dunia pada hari itu, maka Allah akan melindungi Anda dari api neraka. Begitu juga jika Anda membacanya setelah shalat maghrib sebelum berbicara, lalu meninggal dunia pada malam harinya, maka Allah mencatatkan (suatu kebaikan) dan melindungimu dari api neraka”. (HR An-Nasai dan Abu Dawud).

11. Membaca :
سُبْحَانَ الله  وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ الله العَظِيْم  وَ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ.
Sub-haanalloohi wa bihamdihii, sub-haanalloohil ‘azhiim. Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim.  (dibaca 3 x).
Mahasuci Allah dan dengan segala puji bagi-Nya. Mahasuci Allah Yang Maha Agung. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan (pertolongan) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Beliau saw menegaskan, bahwa orang yang membacanya tiga kali sehabis shalat shubuh dan maghrib, maka Allah akan  melindunginya dari empat macam bencana, yakni  gila, penyakit lepra/kusta, tuli dan lumpuh.




=======================================
Sumber : Kitab "Khulashoh Syawariqul Anwar", karya Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Abbas Al-Malikiy Al-Hasaniy.
Untuk selanjutnya, Kitab "Khulashoh Syawariqul Anwar" disingkat "KSA"


==============================

بسم الله الرحمن الرحيم.

Saya izinkan dan ijazahkan kepada siapa saja yang menginginkan hizib atau dzikir & doa ini untuk diamalkan, di-download, di-share, diperbanyak, dicetak atau disebarluaskan dalam rangka untuk taqorrub & لابتغاء مرضات الله. 

Semoga ada berkah dan manfaatnya, لي ولكم ولاهل بيتي وذرياتي

نسال الله بها العفو و  العافية، والبركة، والقبول، وتيسير الارزاق والامور، ولدفع البلاء والوباء، وخيري الدنيا والاخرة 

=======================




Doa Memulai dan Mengakhiri Belajar – (199)

    a. Memulai Belajar dengan membaca :   رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا   وَرَسُوْلاً. ...