Senin, Juni 06, 2016

121. Doa-Dzikir Seputar Puasa Ramadhan



Pengertian Dan Dasar Hukum

Menurut bahasa, kata “puasa” dalam bahasa arab disebut ٌصِيَام (shiyam) atau  صَوْمٌ (shoum) yang berarti “menahan” ( إِمْسَاكٌ ).
Menurut istilah syari’at Islam, “puasa” adalah menahan diri dari makan, minum, jimak dan segala sesuatu yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, disertai dengan niat.
 Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, hukumnya Fardhu ‘ain bagi setiap orang Islam yang memenuhi syarat.
Tujuannya : Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt.
Puasa sudah dikenal dan dilakukan oleh umat terdahulu sebelum Islam datang. Nabi Musa berpuasa 40 hari sebagai persiapan menerima Taurat. Nabi Dawud biasa puasa dengan cara sehari puasa sehari tidak. Bani Israil berpuasa setiap tanggal 10 muharram (‘Asyura’) untuk memperingati keselamatan Bani israil di masa Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Selain itu, puasa pun sudah dikenal oleh bangsa arab, orang hindu-budha, bangsa Mesir kuno dll. Sedangkan bagi kaum muslimin, puasa Ramadhan diwajibkan sejak tahun ke-2 hijriyah.

Dasar hukumnya adalah firman Allah, surat Al-Baqarah ayat 183 :

 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai-mana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Cara Menentukan Awal Ramadhan
Tanggal 1 Ramadhan dapat ditentukan dengan salah satu dari 3 cara berikut :
1. Ru’yatul Hilal. Yaitu dengan melihat hilal (bulan sabit) secara langsung pada tanggal terakhir (tgl 29) bulan Sya’ban. 
2. Istikmal,yakni menyempurnakan bilangan bulan sya’ban 30 hari, bila hilal tidak berhasil di-ru’yat disebabkan terhalang oleh mendung, kabut, dll.
3. Hisab. Yakni dengan menggunakan perhitungan menurut ilmu falak / ilmu astronomi.

Syarat Wajib Puasa :

1. Sudah baligh
2. Berakal
3. Kuat berpuasa. (Orang tua lanjut usia atau orang yang sakit terus-menerus, dan tidak kuat berpuasa, puasanya diganti fidyah).

Syarat Sah Puasa :

1. Beragama Islam
2. Mumayyiz
3. Suci dari haidh dan nifas
4. Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa (bukan pada waktu yang dilarang berpuasa)

Rukun Puasa

1. Niat puasa pada malamnya. Orang yang berpuasa ramadhan wajib berniat puasa pada setiap malam sebelum terbit fajar, selama bulan ramadhan.
Lafzh niatnya:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat (sengaja) berpuasa besok untuk menunaikan kewajiban bulan ramadhan tahun ini, fardhu karena Alloh Ta’ala
2. Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Hal-hal Yang Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja
2. Muntah dengan sengaja
3. Keluar darah haidh dan nifas
4. Hilang akal (gila, pingsan, mabuk dll)
5. Mengeluarkan mani dengan sengaja
6. Murtad, yakni keluar dari Islam.
7. Jimak / bersetubuh, kecuali di malam hari.
Jika sampai bersetubuh di tengah sedang berpuasa, maka puasanya batal dan ia wajib membayar kafarat berupa memerdekakan budak. Jika tidak mampu, harus berpuasa 60 hari berturut-turut. Jjika tidak mampu, maka wajib memberi makan 60 orang miskin.

Orang Yang Boleh Tidak Berpuasa :

1. Orang yang bepergian jauh (lebih dari 81 km). Baginya wajib meng-qodho’.
2. Orang yang sedang sakit yang menyebabkan tak kuat berpuasa. Jika memaksakan diri berpuasa, justeru semakin parah sakitnya. Baginya wajib meng-qodho’
3. Orang lanjut usia (atau orang yang sakit terus menerus) dan ia tak kuat lagi berpuasa.  Puasanya dapat diganti dengan membayar fidyah berupa makanan pokok + ¾ liter atau 6 ons per hari yang diberikan kepada fakir-miskin.
4. Orang yang sedang hamil atau menyusui. Cara menggantinya dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika alasannya takut madhorot (bahaya atas keselamatan / kesehatan) pada dirinya, maka wajib meng-qodho’.
b. Jika alasannya takut madhorot (bahaya atas keselamatan / kesehatan) pada anaknya atau pada dirinya dan anaknya, maka wajib meng-qodho’ dan membayar fidyah.

Amalan Sunat di Bulan Ramadhan

1. Ta’jil, menyegerakan berbuka puasa.
2. Berbuka dengan makanan yang manis atau buah-buahan, terutama korma..
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa :

اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلاَجْرُ اِنْ شَاءَ اللهُ

Artinya : “Ya Alloh, hanya untuk-Mu aku puasa, Kepada-Mu lah aku beriman, dan atas rizki-Mu aku berbuka. Hilang sudah rasa haus,telah sudah urat-urat, dan semoga mendapat pahala. Insya Alloh.
4. Makan sahur sesudah tengah malam, walau dengan seteguk air.
5. Mengakhirkan makan sahur, kira-kira selama membaca Al-Qur’an 50 ayat.
5. Memberi makan-minum (buka) pada orang yang berpuasa.
6. Bershodaqah.
7. Memperbanyak tadarrus Al-Qur’an dan mengkaji isi kandungannya
8. Shalat Tarowih, witir, tahajjud, dzikir (qiyamul lail), terutama tanggal likuran ganjil.
9. Memperbanyak melakukan I’tikaf di masjid.
10. Menjauhkan diri dari ucapan kotor, keji, dan dusta.

Hikmah Puasa :

1. Sebagai tanda syukur kepada Allah
2. Melatih jiwa dan watak seseorang agar taat memegang janji dan amanat Allah
3. Mendidik rasa belas kasihan kepada fakir-miskin
4. Melatih disiplin waktu dan peraturan
5. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
6. Mendidik mengendalikan hawa nafsu dan menghaluskan budi pekerti


120. Doa Dzikir Seputar Zakat Fitrah



Pengertian

Zakat fitrah artinya zakat atas jiwa atau diri. Maksudnya, mengeluarkan zakat berupa makanan yang mengenyangkan (beras, jagung dll) yang belaku di suatu negeri / daerah sebanyak 1 sha’ atau + 3  kg setahun sekali pada malam hari raya fitri sampai shalat ‘id didirikan.
Zakat fitrah disebut juga zakat nafsi, karena berfungsi untuk menyucikan jiwa manusia.
فَرَضَ رَسُولُ اللهِ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ
Artinya, “Adalah Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pencuci bagi orang yang berpuasa dari ucapan bukan-bukan dan kotor, serta sebagai pemberian makanan untuk kaum muskin. Siapa saja yang menunaikannya sebelum shalat ‘id, maka menjadi zakat yang diterima. Dan siapa saja yang membayar zakat fitrah sesudah shalat ‘id, maka menjadi sedekah biasa”.(HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).

Hukum zakat fitrah adalah wajib bagi setiap muslim yang memenuhi syarat.


Syarat Wajib Zakat Fitrah
Setiap orang yang hidup sampai datangnya hari raya idul fitri, baik kecil maupun besar, wajib mengeluarkan zakat fitrah, jika ia memenuhi tiga syarat sebagai berikut:
1.       Islam
2.       Sudah terbenam matahari di akhir Bulan Ramadhan
3.       Mempunyai kelebihan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Dengan demikian, zakat fitrah tidak wajib  bagi orang yang :
1)beragama non Islam; 
2)wafat sebelum malam hari raya fitri; 
3) belum datang waktu hari raya fitri;
4) tidak memiliki sisa / kelebihan makanan di malam hari raya fitri.

Karena itu, tidak perlu menjual barang atau hutang, kalau memang tidak memiliki kelebihan makanan atau uang untuk membeli beras buat zakat fitrah.
Dan zakat fitrah harus berbentuk “makanan pokok”, tidak boleh berupa uang. Kalaupun Anda menyetorkan sejumlah uang kepada panitia/amil, seharusnya akadnya bukan untuk membayar zakat fitrah, tetapi adalah untuk membeli beras kepada panitia, kemudian beras tersebut diserahkan kepada panitia/amil sebagai zakat fitrahnya.


Waktu Membayar Zakat Fitrah
Pada dasarnya, jatuh tempo pembayaran zakat fitrah adalah sejak matahari tenggelam pada akhir bulan ramadhan (malam hari raya fitri) sampai imam mendirikan shalat ‘id. Namun demikian, waktu pembayarannya boleh diajukan sebelumnya (ta’jil). Para ulama membagi 5 waktu pembayarannya, sebagai berikut:
1. Waktu Mubah (boleh) : sejak tanggal 1 sampai akhir Ramadhan
2. Waktu Wajib (jatuh tempo) : sejak tenggelam matahari di akhir Ramadhan (malam hari raya) sampai fajar/subuh.
3. Waktu Mustahab/sunnah (waktu terbaik): Sejak Subuh sampai imam shalat ‘Idul fitri.
4. Waktu Makruh : sejak sehabis shalat ‘id sampai matahari tenggelam pada tanggal 1 Syawal.
5. Waktu Haram : sesudah matahari tenggelam pada tanggal 1 syawal.

Usahakan Anda membayar zakat fitrah sebelum shalat ‘Id. Jika dibayar sesudah shalat ‘id, yakni di waktu makruh & haram, maka zakat fitrah Anda tetap sah, hanya saja pahalanya seperti pahala shadaqah biasa.


Hikmah dan Manfaat Zakat Fitrah
1. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat nyawa yang diberikan Allah kepada kita.
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial
3. Menumbuhkan dan menyuburkan rasa kasih sayang terhadap fakir-miskin
4. Membersihkan diri dari sifat bakhil.          
5. Pencuci diri orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan akhlak tercela.
6. Memperlancar proses penerimaan puasa Ramadhan


DOA-DZIKR SEPUTAR ZAKAT FITRAH
 
Doa Mengeluarkan Zakat Fitrah
Seseorang yang telah memenuhi syarat di atas, wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya sendiri dan untuk semua anggota keluarga yang ditanggungnya, seperti isteri, anak-anak, dan orang lain yang hidupnya ia tanggung (budak, pembantu, anak angkat, ibu-bapak yang ikut dia.
- Lafazh niat untuk diri sendiri :
نَوَيْتُ اَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِيْ فَرْضًا  ِللهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku niat/sengaja mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, sebagai kewajiban, karena Allah Ta’ala”.

Adapun zakat fitrah untuk orang yang hidupnya menjadi tanggungannya, lafazh niat-nya sama dengan lafazh di atas. Hanya saja, kata yang bergaris bawah “ عَنْ نَفْسِيْ ” (’An Nafsii = untuk diriku sendiri) diganti dengan kata sebagai berikut :
1. Untuk Isti : “عَنْ زَوْجَتِيْ
2. Untuk Anak lelaki : “عَنْ اِبْنِيْ ... “ (sebutkan namanya)
3. Untuk Anak wanita : “عَنْ بِنـْتِيْ ... “ (sebutkan namanya)
4. Untuk Ibu : “عَنْ وَالِدَتِيْ
5. Untuk Bapak : “ عَنْ وَالِدِيْ 


Doa yang Diucapkan Sewaktu Menerima Zakat:
آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا
Semoga Allah memberimu pahala atas apa yang engkau berikan. Semoga Dia memberkahi pada apa (harta) yang masih tinggal padamu. Dan semoga menjadikan- nya sebagai pencuci bagimu



119. Doa Sholat Witir Ramadhan



1. Pengertian, Hukum, Waktu dan Fungsi Sholat Witir
                                         
Menurut bahasa, witir artinya bilangan ganjil seperti 1,3, 5 dan seterusnya. Shalat witir berarti shalat yang bilangan rakaatnya ganjil.
Menurut istilah, shalat witir adalah shalat sunnah yang jumlah rakaatnya ganjil yang dilakukan di malam hari sejak sehabis shalat isyak sampai menjelang terbut fajar.

Dasarnya: hadis Nabi SAW, dari ‘Aisyah, katanya :
كـان الــنـبــي صـلى الله عـلـيـه وسلـم يـصلـي مـن الـلــيـل احـدى عـشـرة ركــعـة, يـسـلـم كـل ركــعـتـيـن و يـوتــر مــنـهـا بـواحـدة

 Rasulullah SAW melakukan sholat malam sebanyak sebelas rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap mendapat dua rakaat, dan mengakhiri sholat (sebelas rakaat) tersebut dengan satu rakaat witir (ganjil)”. (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah bersabda :
صلاة الـلــيـل مـثـنـى مـثـنـى, فـإذا خـفـت الصـبـح فـأوتــر بـواحـدة.
Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sholat malam itu dua rakaat dua rakaat. Bila kamu khawatir masuknya waktu subuh, maka kerjakan sholat witir satu rakaat saja” (HR Bukhari dan Muslim).

Hukum melakukan shalat witir ialah sunnah muakkad dan dilakukan secara munfarid (tidak berjamaah), kecuali shalat witir di malam bulan Ramadhan, sunnah dilakukan secara berjamaah.
Waktu pelaksanaannya: di malam hari sejak selesai shalat isyak sampai menjelang terbit fajar (subuh), baik di malam bulan Ramadhan maupun bulan-bulan selain Ramadhan.
Jumlah rakaatnya ganjil, paling sedikit 1 rakaat dan paling banyak 11 rakaat.
Fungsinya : 1) sebagai penyempurna kekurangan shalatfardhu,  2) sebagai penutup shalat sunnah malam,  3) malam hari (terutama sepertiga malam terakhur) adalah waktu mustajabah (terkabulnya doa),  4) sama seperti fungsi shalat tahajud (sehat badan, meniru perilaku kaum shalihin, menentramkan hati, menghapus dosa, dll)


2. Praktik Shalat Witir

Shalat witir hendaknya dijadikan sebagai penutup shalat sunnah malam. Maka, bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun malam untuk shalat tahajjud, hendaknya menjalankan witir segera satelah shalat isyak (sebelum tidur), dan bagi yang terbiasa melakukan shalat tahajjud, sebaiknya melakukan shalat witir setelah tahajjud. Dan jika sebelum tidur sudah melakukan shalat witir, ternyata di malam hari bangun lalu melakukan shalat tahajjud, maka tidak perlu melakukan shalat witir lagi setelah tahajjud.
Shalat witir di malam bulan Ramadhan biasanya dilakukan setelah shalat tarawih dan dilakukan secara berjamaah. Jika di tengah malam bangun untuk sahur dan shalat tahajjud, maka tidak perlu menutup tahajjudnya dengan shalat witir.
Bacaan Fatihah dan surat didalam shalat witir boleh dibaca jahr (keras, nyaring), terutama yang dilakukan secara berjamaah di bulan Ramadhan, dan boleh dibaca sirr (lirih), terutama yang dilakukan secara munfarid (sendirian) di luar bulan Ramadhan.
Dalam tiap-tiap rakaat shalat witir, setelah membaca surat Al-Fatihah disunnahkan membaca salah satu surat atau ayat Al-Qur’an sebagaimana shalat-shalat sunnah lainnya. Apabila dikerjakan 3 rakaat, surat yang disunnahkan untuk dibaca ialah surat Al-A’la (Sabbihisma rabbikal a’laa…) pada rakaat pertama, surat Al-Kafirun pada rakaat kedua, dan surat Al-Ikhlash pada rakaat ketiga.
Sebagian ulama memandang sunnah membaca doa qunut pada rakaat terakhir shalat witir, baik di bulan Ramadhan maupun tidak. Namun menurut para ulama syafi’iyyah, doa qunut hanya disunnahkan dibaca di rakaat terakhir shalat witir pada pertengahan kedua bulan Ramadhan.
Shalat witir boleh dikerjakan 1 rakaat, 3 rakaat, 5 rakaat dan seterusnya sampai 11 rakaat. Jika dikerjakan lebih dari 3 rakaat (maksudnya 3 rakaat sampai sebelas rakaat), lebih utama mengerjakannya dengan cara : setiap mendapat 2 rakaat dilakukan salam sekali, kemudian diakhiri dengan rakaat ganjil (1 rakaat) dengan sekali salam. Sebagaimana yang lazim dilakukan mayoritas umat Islam dengan dasar hadis-hadis Nabi diatas. 
Namun, jika dikerjakan 3 rakaat dan dikerjakan sekaligus dengan satu kali salam, ini pun dibolehkan, baik membaca tasyahhud awal pada rekaat genap (rakaat kedua), maupun tidak. Didasarkan hadis Nabi,  dari ‘Aisyah RA, katanya :
إن الـنـبـي صلى الله عـلـيـه وسـلـم لا يـسـلـم فـي ركــعـتـي الـوتـر
Artinya “Dari ‘Aisyah RA, katanya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan salam pada dua rakaatnya sholat witir” (HR Nasai, dengan sanad hasan)


 Kaifiyat (Tatacara mengerjakan) Shalat Witir

a.  Niat shalat witir :
1). Lafazh niat shalat witir bagi orang yang mengerjakan setiap mendapat 2 rakaat 1 salam, dan terakhir 1 rakaat satu kali salam :
- Lafazh niat 2 rakaat :

أُصَلِّيْ سُـنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ ( إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى

Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala

- Lafazh niat satu rakaat terakhir :
أُصَلِّيْ سُـنَّةً رَكْعَةً مِنَ الْوِتْرِ ( إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى
Aku niat shalat witir satu rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala

2). Lafazh niat shalat witir bagi orang yang mengerjakan 3 rakaat sekaligus :
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ (إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى
Aku niat shalat witir tiga rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala

b.  Gerakan dan bacaan shalat witir, mulai dari takbiratul ihram sampai salam, sama dengan gerakan dan bacaan shalat fardhu.


3. Doa Setelah Shalat Witir Ramadhan

Setelah menyelesaikan shalat witir, sebaiknya membaca doa berikut ini

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ (3×). سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ

Artinya : “Maha Suci Dzat Yang Maha Raja Diraja lagi Maha Suci dari segala noda. Maha Suci Engkau dari segalacela, Maha Suci Engkau dari segala noda. Engkau-lah Tuhan kami dan Tuhan para malaikat dan malaikat Jibril".

Kemudian diteruskan dengan membaca doa berikut :

اَللَّهُـمَّ تَقَبَّلْ  ِمنَّا وُضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ رُكُوْعَنَا وَ سُجُوْدَ نَا وَ تَسْبِيْحَنَا  وَ تَكْبِيْرَنَا وَ تَهْلِيْلَنَا وَ تَخَشُّعَنَا وَ تَضَرُّعَنَا وَ تَقْصِيْرَنَا وَ سَائِرَ أَعْمَالِنَا, وَ لاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ, وَ يَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ, بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Artinya “Ya Allah, Tuhan kami, terimalah wudhu kami, shalat kami, puasa kami,  ibadah kami, rukuk kami, sujud kami, tasbih kami, takbir kami, tahlil kami, kekhu-syu’an kami, dan tadharru’ (merunduk / ratapan) kami, keterbatasan kami dan semua amal ibadah kami. Dan jangan Engkau pukul wajah kami dengan-nya, Wahai Tuhan semesta Alam, wahai sebaik-baik Penolong. Berkat rahmat kasih sayang-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari sekalian yang pengasih”.



Doa Memulai dan Mengakhiri Belajar – (199)

    a. Memulai Belajar dengan membaca :   رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا   وَرَسُوْلاً. ...