1. Pengertian,
Hukum, Waktu dan Fungsi Sholat Witir
Menurut
bahasa, witir artinya bilangan ganjil seperti 1,3, 5 dan seterusnya. Shalat
witir berarti shalat yang bilangan rakaatnya ganjil.
Menurut
istilah, shalat witir adalah shalat sunnah yang jumlah rakaatnya ganjil yang
dilakukan di malam hari sejak sehabis shalat isyak sampai menjelang terbut
fajar.
Dasarnya:
hadis Nabi SAW, dari ‘Aisyah, katanya :
كـان الــنـبــي صـلى الله عـلـيـه وسلـم يـصلـي مـن الـلــيـل احـدى عـشـرة ركــعـة, يـسـلـم كـل ركــعـتـيـن و يـوتــر مــنـهـا بـواحـدة
“Rasulullah SAW melakukan sholat malam
sebanyak sebelas rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap mendapat dua rakaat, dan
mengakhiri sholat (sebelas rakaat) tersebut dengan satu rakaat witir (ganjil)”.
(HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda :
صلاة الـلــيـل مـثـنـى مـثـنـى, فـإذا خـفـت الصـبـح فـأوتــر بـواحـدة.
Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sholat malam itu
dua rakaat dua rakaat. Bila kamu khawatir masuknya waktu subuh, maka kerjakan
sholat witir satu rakaat saja” (HR Bukhari dan Muslim).
Hukum
melakukan shalat witir ialah sunnah muakkad dan dilakukan secara munfarid
(tidak berjamaah), kecuali shalat witir di malam bulan Ramadhan, sunnah
dilakukan secara berjamaah.
Waktu
pelaksanaannya: di malam hari sejak selesai shalat isyak sampai menjelang
terbit fajar (subuh), baik di malam bulan Ramadhan maupun bulan-bulan selain
Ramadhan.
Jumlah
rakaatnya ganjil, paling sedikit 1 rakaat dan paling banyak 11 rakaat.
Fungsinya
: 1) sebagai penyempurna kekurangan shalatfardhu, 2) sebagai penutup shalat sunnah malam, 3) malam hari (terutama sepertiga malam
terakhur) adalah waktu mustajabah (terkabulnya doa), 4) sama seperti fungsi shalat tahajud (sehat
badan, meniru perilaku kaum shalihin, menentramkan hati, menghapus dosa, dll)
2. Praktik Shalat
Witir
Shalat
witir hendaknya dijadikan sebagai penutup shalat sunnah malam. Maka, bagi orang
yang khawatir tidak bisa bangun malam untuk shalat tahajjud, hendaknya
menjalankan witir segera satelah shalat isyak (sebelum tidur), dan bagi yang
terbiasa melakukan shalat tahajjud, sebaiknya melakukan shalat witir setelah
tahajjud. Dan jika sebelum tidur sudah melakukan shalat witir, ternyata di
malam hari bangun lalu melakukan shalat tahajjud, maka tidak perlu melakukan
shalat witir lagi setelah tahajjud.
Shalat
witir di malam bulan Ramadhan biasanya dilakukan setelah shalat tarawih dan
dilakukan secara berjamaah. Jika di tengah malam bangun untuk sahur dan shalat
tahajjud, maka tidak perlu menutup tahajjudnya dengan shalat witir.
Bacaan
Fatihah dan surat didalam shalat witir boleh dibaca jahr (keras,
nyaring), terutama yang dilakukan secara berjamaah di bulan Ramadhan, dan boleh
dibaca sirr (lirih), terutama yang dilakukan secara munfarid (sendirian)
di luar bulan Ramadhan.
Dalam
tiap-tiap rakaat shalat witir, setelah membaca surat Al-Fatihah disunnahkan
membaca salah satu surat atau ayat Al-Qur’an sebagaimana shalat-shalat sunnah
lainnya. Apabila dikerjakan 3 rakaat, surat yang disunnahkan untuk dibaca ialah
surat Al-A’la (Sabbihisma rabbikal a’laa…) pada rakaat pertama,
surat Al-Kafirun pada rakaat kedua, dan surat Al-Ikhlash pada
rakaat ketiga.
Sebagian
ulama memandang sunnah membaca doa qunut pada rakaat terakhir shalat witir,
baik di bulan Ramadhan maupun tidak. Namun menurut para ulama syafi’iyyah, doa
qunut hanya disunnahkan dibaca di rakaat terakhir shalat witir pada pertengahan
kedua bulan Ramadhan.
Shalat
witir boleh dikerjakan 1 rakaat, 3 rakaat, 5 rakaat dan seterusnya sampai 11
rakaat. Jika dikerjakan lebih dari 3 rakaat (maksudnya 3 rakaat sampai sebelas
rakaat), lebih utama mengerjakannya dengan cara : setiap mendapat 2 rakaat
dilakukan salam sekali, kemudian diakhiri dengan rakaat ganjil (1 rakaat)
dengan sekali salam. Sebagaimana yang lazim dilakukan mayoritas umat Islam
dengan dasar hadis-hadis Nabi diatas.
Namun,
jika dikerjakan 3 rakaat dan dikerjakan sekaligus dengan satu kali salam, ini
pun dibolehkan, baik membaca tasyahhud awal pada rekaat genap (rakaat kedua),
maupun tidak. Didasarkan hadis Nabi,
dari ‘Aisyah RA, katanya :
إن الـنـبـي صلى الله عـلـيـه وسـلـم لا يـسـلـم فـي ركــعـتـي الـوتـر
Artinya “Dari ‘Aisyah RA,
katanya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan salam pada
dua rakaatnya sholat witir” (HR Nasai, dengan sanad hasan)
Kaifiyat (Tatacara mengerjakan) Shalat Witir
a. Niat
shalat witir :
1). Lafazh niat
shalat witir bagi orang yang mengerjakan setiap mendapat 2 rakaat 1 salam, dan
terakhir 1 rakaat satu kali salam :
-
Lafazh niat 2 rakaat :
أُصَلِّيْ سُـنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ ( إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى
“Aku
niat shalat sunnah witir dua rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala”
-
Lafazh niat satu rakaat terakhir :
أُصَلِّيْ
سُـنَّةً رَكْعَةً مِنَ الْوِتْرِ ( إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat
witir satu rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala”
2). Lafazh niat shalat witir bagi orang yang
mengerjakan 3 rakaat sekaligus :
أُصَلِّيْ
سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ (إِمَامًا \ مَأْمُوْمًا) ِللهِ تَعَالَى
“Aku niat shalat
witir tiga rakaat (menjadi imam / makmum) karena Allah Ta’ala”
b. Gerakan dan
bacaan shalat witir, mulai dari takbiratul ihram sampai salam, sama dengan
gerakan dan bacaan shalat fardhu.
3. Doa Setelah
Shalat Witir Ramadhan
Setelah
menyelesaikan shalat witir, sebaiknya membaca doa berikut ini
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ
(3×).
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ
Artinya : “Maha
Suci Dzat Yang Maha Raja Diraja lagi Maha Suci dari segala noda. Maha Suci
Engkau dari segalacela, Maha Suci Engkau dari segala noda. Engkau-lah Tuhan
kami dan Tuhan para malaikat dan malaikat Jibril".
Kemudian
diteruskan dengan membaca doa berikut :
اَللَّهُـمَّ تَقَبَّلْ ِمنَّا وُضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ رُكُوْعَنَا وَ سُجُوْدَ نَا وَ تَسْبِيْحَنَا وَ تَكْبِيْرَنَا وَ تَهْلِيْلَنَا وَ تَخَشُّعَنَا وَ تَضَرُّعَنَا وَ تَقْصِيْرَنَا وَ سَائِرَ أَعْمَالِنَا, وَ لاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ, وَ يَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ, بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Artinya “Ya
Allah, Tuhan kami, terimalah wudhu kami, shalat kami, puasa kami, ibadah kami, rukuk kami, sujud kami, tasbih
kami, takbir kami, tahlil kami, kekhu-syu’an kami, dan tadharru’ (merunduk /
ratapan) kami, keterbatasan kami dan semua amal ibadah kami. Dan jangan Engkau
pukul wajah kami dengan-nya, Wahai Tuhan semesta Alam, wahai sebaik-baik
Penolong. Berkat rahmat kasih sayang-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari sekalian
yang pengasih”.