Sabtu, Juni 10, 2017

DOA NABI AYYUB - [150]






Doa Mohon Dihindarkan Dari Segala Penderitaan



رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ


Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".

Nabi Ayyub  berkebangsaan Rum (Romawi). Garis keturunan dari ayahnya adalah Ayyub bin Amush bin Rozah bin Aish bin Nabi Ishaq  bin Nabi Ibrahim . Adapun ibunya adalah keturunan dari Luth bin Haran. Sedangkan Haran adalah saudara Nabi Ibrahim .
Isteri Nabi Ayyub  bernama Rohmah binti Ifroyim bin Nabi Yusuf  bin Nabi Ya’qub  bin Nabi Ishaq  bin Nabi Ibrahim .





















Suatu saat, para malaikat membicarakan manusia, tentang siapakah yang paling kuat imannya dan paling hebat ketaatannya kepada Alloh. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa pada saat itu manusia yang paling kuat imannya dan paling bagus kjetaatannya kepada Alloh adalah Nabi Ayyub. Disamping sebagai seorang Nabi, beliau adalah seorang hartawan, yang dikaruniai oleh Alloh kekayaan yang melimpah berupa perkebunan dan peternakan unta, sapi, kuda, himar dan lain-lain dengan jumlah mencapai ribuan. Beliau juga dikaruniai anak ayng banyak dan seorang isteri yang sangat cantik. Tetapi nikmat dan karunia yang begitu banyak tersebut tidak sedikitpun yang menyurutkan keimana, ibadah dan ketaatannya kepada Alloh. Tidak henti-hentinya beliau ungkapkan rasa syukur kepada Alloh dalam bentuk berbelas kasihan kepada sesama, terutama kepada kaum fakir-miskin, para janda, anak-anak yatim, dan tambahan bekal untuk para musafir. Beliau sangat terkenal sebagai orang yang sangat menghormati dan memulyakan tamu. Semua itu membuat para malaikat merasa kagum kepada beliau, kemudian memohonkan rahmat untuk beliau.
Pada waktu itu, Iblis masih bebas naik-turun ke langit untuk mencari dan mencuri kabar berita, termasuk menyadap pembicaraan para malaikat tentang kemulyaan Nabi Ayyub. Tentu saja hal ini membuat Iblis merasa iri dan dengki kepada beliau. Ketika pada puncak kedengkiannya,  Iblis dengan lancangnya menghadap kepada Alloh seraya memohon : “Wahai Tuhan, Ayyub beribadah sesungguhnya bukan karena Engkau. Ia memuji dan bersyukur juga bukan karena Engkau, akan tetapi adalah agar harta dan anak-anaknya tidak berkurang, bahkan agar semakin bertambah banyak. Sekiranya Engkau memberinya musibah, tentu ia akan meninggalkan syukur dan ketaatannya kepada Engkau
Alloh  menjawab : “Ayyub itu hambaKu yang beriman dengan tulus dan ikhlas. Ia menyembahKu dengan penyembahan yang murni, jauh dari pengaruh harta dunia. Kamu boleh mengujinya”.
Alloh  mengizinkan Iblis la’natulloh mengganggu dan menguji keimanan Nabi Ayyub, agar kesucian iman, ketaatan, kesabaran dan kesyukurannya dapat menjadi teladan bagi umat manusia sesudahnya.
Iblis segera mengumpulkan syetan-syetan dan jin Ifrit untuk membunuh semua ternak Nabi Ayyub. Tidak sampai genap satu malam, seluruh ternak beliau mati mengenaskan. Iblis la’natulloh merubah bentuk aslinya menjelma menjadi seorang manusia (kepala desa), kemudian datang menemui Nabi Ayyub yang saat itu sedang shalat untuk mengabarkan keadaan ternaknya : “Wahai Ayyub, semua ternakmu mati bergelimpangan dimana-mana. Tak seekor pun yang terlihat hidup. Tuhan yang selalu engkau sembah dan engkau puji ternyata tidak mampu menolongmu. Ini berarti bahwa ibadahmu selama ini sia-sia dan tidak ada manfaatnya”.
Jawaban Nabi Ayyub : “Semua ternak itu milik Alloh yang dititipkan kepadaku. Saat ini ternak-ternak tersebut diambilNya kembali, dan aku pun tidak berhak menghalanginya, karena itu semua adalah milikNya. Terpujilah Dzat yang memiliki dan terpujilah Dzat  mengambilnya kembali hak milikNya”.
Melihat keteguhan dan kesabaran Nabi Ayyub, Iblis la’natulloh semakin dengki. Ia mengumpulkan para pengikutnya dari kalangan syetan dan jin Ifrit. Mereka ditugasi merusak seluruh perkebunan milik Nabi Ayyub. Mereka menggiring angin kencang dan awan panas ke arah perkebunan beliau, sehingga seluruh tanamannya menjadi mati dan rusak berantakan. Tak satu batangpun pohon dan tanaman yang hidup.  Sekali lagi Iblis la’natulloh mendatangi Nabi Ayyub yang saat itu sedang khusyuk dalam sujudnya. Dengan menyerupai seorang tetua yang bijak, Iblis mengabarkan keadaan perkebunannnya yang hancur berantakan. Nabi Ayyub mengatakan kepadanya ; “Maha Terpuji Tuhan yang telah menurunkan nikmat. Dan Maha Terpuji Tuhan yang menurunkan siksa. Semua yang ada di alam semesta ini merupakan milikNya yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan mengambilnya kembali dari siapa saja yang dikehendakiNya.” 
Iblis la’natulloh benar-benar merasa kecewa. Semua usaha dan tipu dayanya menggoda Nabi Ayyub gagal total. Namun ia tidak lekas putus asa dan terus berupaya menggoda keimanan dan ketabahan beliau. Iblis segera menghadap kepada Alloh dan berkata : “Ya Alloh, Ayyub masih tetap memuji Engkau setiap menerima nikmat dan selalu sabar setiap menghadapi berbagai cobaan. Itu semua adalah disebabkan ia merasa masih mempunyai anak-anak yang diharapkan dapat menolongnya. Bila Engkau mengizinkan, aku akan melenyapkan semua anak-anaknya, dan aku yakin bahwa dengan cara seperti ini maka akan nampak kekafiran dan keingkarannya kepada Engkau”.

Alloh menjawab : “Kamu boleh merusak anak-anaknya, tetapi kamu akan melihat bahwa Ayyub tidak akan goyah keimanannya, ia tidak akan berkurang kesabaran dan syukurnya”.
Dengan bantuan bala tentaranya, Iblis laknatulloh menghancurkan rumah-rumah tempat tinggal anak-anak Nabi Ayyub dan menewaskan mereka, sehingga tidak satupun anak beliau yang masih hidup. Iblis kemudian menemui beliau dan berkata: “Wahai Ayyub, semua rumah anak-anakmu telah hancur dan semua anak-anakmu mati karena tertimbun reruntuhan rumahnya. Itulah balasan yang Alloh berikan atas pengabdianmu kepadaNya”.
Nabi Ayyub bersujud sambil berlinang air mata, seraya berkata : “Alloh yang memberi. Alloh yang mengambilnya kembali. Alloh yang menghidupkan dan Alloh pula yang mematikan. Terpujilah Dia yang menjalankan hakNya, dan atas semuanya itu aku memujiNya
Iblis la’natulloh sangat kecewa atas kegagalan usahanya itu. Tetapi dasar Iblis, ia masih berupaya mencari cara lain untuk meruntuhkan iman Nabi Ayyub. Ia kembali menghadap kepada Alloh, dan dengan berbagai alasan ia meminta izin untuk merusak kesehatan badan beliau dengan berbagai macam penyakit”.
Alloh memang telah memilih Nabi Ayyub sebagai salah seorang hambaNya yang sabar, tabah dan kuat imannya dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, untuk dijadikan sebagai suri teladan bagi orang-orang yang beriman. Alloh pun kemudian mengizinkan Iblis melakukan tipu dayanya terhadap Nabi Ayyub.
Iblis bereaksi dengan cepat menebarkan suatu penyakit yang cukup berbahaya kedalam tubuh Nabi Ayyub, sehingga beliau hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Berbilang hari, pecan, bulan dan tahun dilaluinya bersama penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Tubuh yang semula gagah dan tampan menjadi lunglai tak berdaya, kurus, pucat, matanya cekung dan muram. Hartanya habis dan seluruh anak-anaknya mati tak tersisa satupun. Sementara itu sanak saudara dan teman-temannya yang dahulu sangat akrab, satu persatu mereka meninggalkannya, seolah-olah mereka tidak pernah mengenalnya. Satu-satunya orang yang setia kepada beliau adalah Rohmah, isterinya. Dialah yang selalu mendampingi, melayani dan menghiburnya dengan penuh keilhlasan, kesabaran dan keteguhan iman.
Sahabat dan tetangga yang dahulu setia berubah membenci dan mengejeknya. Bukan belas kasih dan pertolongan yang mereka berikan, akan tetapi mereka malah tega mengusir Nabi Ayyub dan istrinya keluar dari kampung halaman mereka. Jerit tangis Rohmah melengking sekeras-kerasnya begitu ia mendengar kata-kata mereka yang kasar dan tidak ada rasa kemanusiaan mengusir dia dan suaminya keluar dari tanah kelahiranya sendiri. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia gendong suaminya keluar kampung menuju hutan, dan tinggal di sebuah gubuk yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya.
Untuk kebutuhan makan sehari hari, Rohmah bekerja sebagai tukang potong roti pada seorang pedagang di suatu kota. Setiap sore ia pulang dari tempatnya bekerja sambil membawa beberapa iris roti sebagai upahnya untuk dimakan bersama suaminya. Hari demi hari pekerjaan ini dilalui secara rutin oleh Rohmah dengan penuh kesabaran, tetapi pedagang itu akhirnya mengetahui bahwa Rohmah adalah istri Nabi Ayyub. Mereka merasa khawatir tertular penyakit suaminya, sehingga Rohmah tidak dizinkan lagi bekerja di tempatnya. Seketika itu ia Rohmah pulang ke gubuknya dengan tangan hampa. Hari-hari berikutnya dia bersama suaminya tanpa makan dan minum sampai akhirnya dia memutuskan hendak pergi lagi untuk mencari makanan, meskipun Nabi Ayyub agak keberatan melepas kepergian istrinya karena dikhawatirkan tidak kembali. Namun Rohmah berjanji, bahwa selagi masih hidup, dia akan setia kepada beliau.
Nabi Ayyub sangat sedih, kemudian menangis. Beliau menangis bukan menangisi nasibnya, akan tetapi karena rambut Rohmah yang membuatnya bertambah cantik dan menarik itu telah dijualnya. Namun Rohmah adalah seorang istri yang sangat bijaksana. Dia berkata dan menghibur suaminya : “Insya Alloh, rambutku akan tumbuh kembali. Bahkan akan lebih indah dari yang sudah hilang”.
Nabi Ayyub pun merasa puas dan bersyukur dengan memuji Alloh, bertasbih dan bertakbir. Bahkan beliau sampai pada puncaknya kata munajat : “Ya Alloh, aku ridho sekiranya Engkau cabut semua nikmat yang Engkau berikan kepadaku : harta, anak, kesehatan, bahkan darah, daging dan tulangku. Namun aku memohon jangan Engkau cabut dua nikmatMu dariku, yaitu akal pikiran dan lidahku. Karena dengan akal aku masih bisa mengingatMu dan dengan lidah aku masih bisa berdzikir memuji dan menyebut Asma’Mu”.
Sungguh luar biasa kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub. dalam keadaan semacam itu beliau masih tetap memuji syukur, berdzikir dan menyebut Asma’ Alloh  di balik itu, Iblis juga masih tetap gigih dan tanpa mengenal putus asa berusaha menimpakan berbagai cobaan kepada Nabi Ayyub dan isterinya. Ketika Iblis berulang-ulang gagal dan tidak mampu menggoyahkan kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub, Iblis kemudian mengalihkan perhatiannya menggoda isterinya. Iblis mengingatkan Rohmah akan masa jaya-jayanya yang penuh kemewahan dan kesenangan hidup bersama anak-anaknya. Iblis mengingatkan Rohmah, bagaimana dahulu para sanak kerabat, teman-teman dan tetangganya silih berganti mengunjungi rumahnya dengan penuh keakraban. Akan tetapi kini semua itu telah berganti dengan penderitaan yang datang bertubi-tubi. Sedikit demi sedikit ingatan masa lalu yang dipompakan oleh Iblis tersebut mempengaruhi hati Rohmah, sehingga tanpa menyadari akibatnya dia mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan suaminya : “Wahai Ayyub, sampai kapan Alloh menyiksamu seperti ini? Harta benda, anak-anak, teman-teman dan tubuhmu yang dahulu sehat, gagah dan tampan, kemana perginya semua itu?

Hati Nabi Ayyub benar-benar sangat sedih begitu mendengar kata-kata istrinya tersebut. Di balik kata-kata isterinya itu tersirat bahwa istrinya sudah goyah pendiriannya. Kata Nabi Ayyub kepada istrinya: “Sungguh, Iblis telah menyesatkanmu, wahai Rohmah!”.

Rohmah membalas : “Kenapa engkau tidak berdoa saja kepada Alloh agar segera menghilangkan kesedihan dan bencana yang menimpa dirimu?

Jawaban Nabi Ayyub : “Aku malu kepada Alloh untuk meminta hilangnya bencana yang baru sebentar ini. Sekarang aku mengerti, bahwa pendirianmu sudah goyah dan imanmu menjadi tipis. Tinggalkan aku sendirian. Aku tidak membutuhkan kamu  untuk mengurusi aku. Aku tidak mau lagi memakan makanan dan meminum minuman yang kamu sajikan. Bila aku nanti sembuh, aku akan menghukummu seratus cambukan disebabkan kelemahan imanmu. Sekarang, biarkan aku seorang diri, menunggu ketetapan Alloh atas diriku”.

Puncak dari segala musibah, cobaandan ujian hidup telah dijalani oleh Nabi Ayyub dengan tanpa mengenal sesal, keluh kesah dan putus asa. Semuanya dilaluinya bersama pikiran yang selalu ingat kepada Alloh dan lisan yang selalu berdzikir. Delapan belas tahun Nabi Ayyub hidup dalam ujian yang begitu berat dan bertambah berat lagi setelah istrinya pergi meninggalkannya. Beliau kemudian berdoa kepada Alloh :

رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa bencana (penyakit) dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara yang penyayang”. (QS Al-Anbiya’ : 83)

Alloh kemudian berfirman yang artinya : “Hentakkan kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum
Begitu Nabi Ayyub menghendakkan kakinya, air bening nan segar seketika itu memancar dari dalam tanah. Dengan air itu beliau mandi dan minum. Atas izin Alloh, luka dan penyakit yang dideritanya lenyap seketika. Bahkan tubuh beliau semakin bugar, kuat dan lebih gagah disbanding keadaannya sebelum sakit. Beliau langsung bersujud dan bersyukur kepada Alloh.

Sementara itu, di hati Rohmah timbul rasa kangen. Dia ingin mengunjungi Nabi Ayyub u. Bagaimana kondisi suaminya setelah dia tinggalkan. Sesampainya di gubuk, dia tidak menemukan suaminya yang dahulu hanya tidur terbaring sakit di tempat tidurnya. Yang dia temukan adalah seorang lelaki muda belia yang nampak sangat gagah dan tampan. Dia bertanya kepada lelaki tersebut “Semoga Alloh memberkati anda. Apakah anda melihat seorang Nabiyulloh yang terbaring sakit di tempat ini? Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalau dia sehat, wajahnya mirip dengan anda!”.
“Akulah Ayyub”, kata lelaki tersebut.
Antara percaya dan tidak, Rohmah mengagumi perubahan yang begitu cepat pada diri suaminya. Seluruh penyakitnya telah sembuh secara ajaib, bahkan nampak lebih bugar, gagah dan tampan.
Allah memerintahkan kepada Nabi Ayyub agar menghukum istrinya tersebut seratus kali cambuk dengan setangkai rumput yang sudah kering. Setelah itu beliau menyuruh mandi dan minum dari mata air tersebut. Berkat karunia Alloh, keremajaan wajah dan tubuh Rohmah pun kembali seperti usia belasan tahun.

Alloh mengembalikan semua yang telah sirna, baik harta maupun anak-anak, bahkan dilipatgandakan, sebagai balasan atas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayyub. Beliau wafat dalam usia 93 tahun.

DOA AMPUNAN UNTUK PARA PENDAHULU - [149]



 

رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوف رَّحِيمٌ

Artinya: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." ( Al – Hasyr [59] : 10 )

Doa ini kelihatannya sederhana dan biasa saja, tetapi kalau kita mengkaji "asbab" munculnya doa ini sungguh sangat luar biasa, maka Allah mengabadikan doa ini di alam kitab suci-Nya, al-qur'an yang agung. Penulis sendiri sempat bingung, hendak memulai dari mana dan bagaimana seorang hamba yang amat lemah iman dan taqwanya serta penuh dengan dosa. Semoga Allah memberi maghfirah, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis – ini menorehkan sejarah manusia – manusia pilihan yang elegan dan mulia dalam setiap bertutur kata, sikap dan berbuat. Bercampur aduk perasaan di hati ini ; iri, haru, kagum dan entah perasaan apa lagi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, ketika menyelesaikan sejarah yang penampilan hamba-hamba Allah yang sholeh itu kemudian berbalik meelihat dan membandingkan dengan keadaan diri ini, kontras, tidak satu persenpun kebaikan diri ini dbandingkan dengan kebaikan dan kemulyaan mereka di sisi Allah. "Subhaanakalloohumma……." Ya Allah, rahmati kami. Setidak-tidaknya kami tahu sejarah mereka dan kami dalam kelompok mereka meskipun kami sadar, perbuatan kami sangat tidak sepadan dengan mereka. Kami ingin Ya Allah dengan Rahman dan Rohim-Mu.

Sejarah doa ini bermula dari ikatan cinta dan persaudaraan anatara sahabat Fuqoro Muhajirin dan sahabat Ansor sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S Al – Hasyr ayat 8-9. Sahabat Fuqoro Muhajirin, penduduk asli Mekkah yang diusir oleh orang-orang kafir quraisy sehingga harus meninggalkan kampung halaman dan harta benda bahkan orang-orang yang dicintainya demi menolong dan memperjuangkan agama Allah dan Rasul-Nya. Begitu besar pengorbananan mereka yang hanya satu tujuannya, mencari ridlo Allah, maka Allah menamai mereka "ash-Shoodiquun" (orang-orang yang benar). Pembaca, kita sering mengatakan untuk mencari ridho Allah tetapikita emoh berkorban (kikir), tetapi kita ingin masuk "ash-Shoodiquun", bagimana ?

Sahabat Ansor, orang-orang yang tinggal di Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan Muhajirin ke Madinah. Mereka sangat mencintai para Fuqoro Muhajirin, mereka siap memberikan apa yang mereka punya tanpa ada perasaan tidak enak di hati terhadap kaum muhajirin, mereka lebih mengutamakan Fuqoro Muhajirin diatas kepentingan mereka sendiri, maka Allah menamai mereka "al-Muflihuun"  (orang-orang yang beruntung).
Pembaca, inginkah kita, beranikah kita, sehingga kita masuk dalam kelompok "al-Muflihuun"  , atau kita ingin tetapi tidak berani alias takut. Banyak contohnya ; Kenapa banyak peminta-minta sumbangan untuk tegaknya agama Allah ? itu karena umat (kita) takut memberi. Kalau kita berani memberi sebelum diminta, maka peminta-minta sumbangan itu, insyaallah tidak ada lagi termasuk peminta-minta sumbangan yang berkedok (palsu) karena minta sumbangan sudah tidak budaya budaya lagi. Anehnya, kita tidak mau memberi kalau tidak diminta meskipun kita tahu ada lembaga atau yayasan yang memperjuangkan islam dan umat memerlukan dana, lebih aneh lagi sudah diminta tetapi tidak memberi padahal punya, lalu kita ingin masuk kelompok " "al-Muflihuun"  .

Bagaimana kisah mereka ( Fuqoro Muhajirin dan Ansor ) sehingga mereka dapat posisi yang begitu mulia di sisi Allah ? Berikut ini hanya sebagaian kecil saja dari sisi-sisi kehidupan mereka yang dapat penulis paparkan dalam tulisan ini,namun penulis berharap meskipun hanya sedikit semoga kitabisa menjadikan pelajaran yang berharga dari kehidupan mereka sekaligus dapat memacu harapan kita agar bisa mengikuti jejak mereka seperti mereka yang diterangkan dalam ayat doa ini :

" Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin dan Ansor )

          Sesaat setelah nabi SAW tiba dan tinggal di Madinah beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Ansor. Ikatan persaudaraan ini sungguh-sungguh sangat mengagumkan. Orang-orang Ansor berkata : Ya Rasulullah, bagaikanlah kebun kurma kami, antara kami dan saudara-saudara kami (kaum Muhajirin)". Rasulullah SAW menjawab : Jangan. Segera kaum Muhajirin berkata :  Maukah kalian yang membiayai dan kami yang menggarap dengan imbalan bagi hasil . Orang-orang Ansor berkata :  kami dengardan kami taati syarat itu.

Diantara kaum Muhajirin dan kaum Ansor yang dipersaudarakan itu adalah Abdurrohman bin Auf (dari Muhajirin ) dan Sa'ad bin ar-Rabi' (dari Ansor ). Sa'ad berkata kepada Abdurrohman :  Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak bertanya dikalangan Ansor . Ambillah separuh hartaku ini, aku juga mempunyai dua istri, maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya, dan bila sudah habis masa iddahnya maka nikahilah ia. Abdurrohman menjawab : semoga Allah memberikan berkah bagimu dalam keluarga dan hartamu, lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian.

Begitu baik dan tulusnya hati kaum Ansor terhadap Muhajirin , sehingga orang-orang Muhajirin mengadukan kepada Nabi SAW ; Ya Rasulullah, kami belum pernah melihat kaum seperti kaum yang kami hijrah kepadanya (Ansor ), yaitu dalam memberi santunan kepada kami, orang yang hidup sederhana diantara mereka tidak segan-segan menyantuni kami, sungguh mereka telah menjamin semua kebutuhan kami dan bersekutu dengan kami dalam kesenangan,, hingga kami khawatir bila mereka memborong semua pahala. Nabi SAW menjawab :  tidak. Selama engkau memuji mereka dan mendoakan bagimereka kepada Allah.
Jalinan kasih sayang diantara mereka ( Muhajirin dan Ansor ) ini diabadikan oleh Allah di surat Al – Hasyr ayat 9 :

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٩

Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” ( Al – Hasyr [59] : 9 )

Imam Muslim meriwayatkan : seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata : Ya Rasulullah, aku lapar  Lalu Rasulullah SAW menyuruh seseorang ke rumah istri-istri beliau, dan ternyata tidak dijumpai makanan apapun pada mereka. Maka Nabi SAW bersabda : Adakah diantara kalian mau menjamu orang ini pada malam ini, semoga Allah merahmatinya. Maka berdirilah seorang laki-laki dari kaum Ansor bernama Abu Tholhah seraya berkata :  Ya Rasulullah , aku lapar. Maka Rasulullah SAW menyuruh seseorang ke rumah istri-istri beliau, danternyata tidak dijumpai makanan apapun pada mereka. Maka Nabi SAW Bersabda :  adakah diantara kalian yang mau menjamu orang ini pada malam ini, semoga Allah merohmatinya. Maka berdirilah seorang lelaki dari kaum Ansor bernama Abu Tholhah sraya berkata :  Aku yang akan menjamunya, wahai Rasulullah Laki-laki itupun diajak pulang ke rumahnya dan ia berkata kepada istrinya :  Orang ini adalah tamu Rasulullah ,maka janganlah engkau simpan apa pun untuknya.  Istrinya menjawab : Demi Allah, aku tidak mempunyai makanan apapun selain makanan untuk anak-anak. Abu Tholhah berkata kepada istrinya :  Jika anak-anak ingin makan malam, tidurkankan saja mereka, lalu kemarilah dan siapkan makanan itu untuktamu kita, biarlah kita menahanlapar untuk malam ini . Dan bila saatnya makan, matikan lampu, seolah-olah kita menyertai dia makan bersama. Pagi harinya, ketika bertemu dengan Rasulullah SAW, Beliau bersabda : “Sungguh Allah kagum atau ridho dengan apa yang telah dilakukan oleh Fulan dan Fulanah “.

          Pada waktu perang Yarmuk, Ikrimah, r.a terluka parah dan kehausan. Seorang sahabat membawakan segelas air kepadanya, tetapi ia melihat Suhail bin Amr , r.a juga terluka parah dan menginginkan air, maka ia mengisyaratkan agar air itu diberikan kepada Suhail bin Amr r.a. Ketika air itu hendak diminumkan kepada Suhail bin Amr, r.a  ternyata tidak jauh dari tempat itu terdengar Sahl bin Harist r.a yang juga kehausan dan terluka parah. Suhail bin Amr r.a tidak jadi minum, ia mengisyaratkan agar air itu diberikan kepada Sahl bin Harist. Pada saat air hendak diminumkan pada Sahl bin Harist, ia telah meninggal, maka buru-buru air dibawa kembali ke Suhail bin Amr, tetapi ia pun sudah meninggal , maka segera air itu dibawa ke Ikrimah, r.a tetapi Iapun meninggal. Selesai pertempuran  Khalid bin Walid melewati jasad para syuhada' ini dan berkata : Sekiranya aku dapat mengorbankan diriku untuk kalian, kalian pertahankan semangat berkorban,bahkan pada saat kematian

Kisah tersebut hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak kisah para sahabat yang sangat mengagumkan, bagaikan tebaran permata indah yang tidak ternilai harganya. Lalu apa hubungannya dengan doa yang kita bicarakan ini ? mari kita perhatikan lengkapnya ayat yang berisikan tentang doa ini :

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوف رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."( Al – Hasyr [59] : 10 )

Orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin dan Ansor ), yaitu orang-orang yang sholeh dari kalangan Tabi'in dan Tabi'ut – Tabi'in serta para pengikutnya, mereka ini benar-benar faham sejarah kehidupan para sahabat baik dari kalangan Muhajirin maupun Ansor , dari segi kepatuhan dan ketundukannya kepada Allah dan Rasul-Nya, kesederhanaannya, pengorbanannya serta kesetiannya kepada Nabi SAW dan kepada sesama sahabat dan segi – segi kehidupan mereka yang lain yang sangat mengagumkan, sehingga generasi sholihin, sholihati sesudah mereka sangat menghormati, memulyakan dan menghargai jasa-jasa mereka serta berusaha sekuat mungkin untuk mengikuti jejak langkah mereka. Salahsatu diantara penghormatan dan penghargaan yang diberikan adalah doa kepada Allah untuk mereka dan doa agar di hati ini tidak ada sedikitpun rasa dengki terhadap mereka, karena sadar bahwa dengki terhadap orang yang beriman dan dimulyakan Allah sama artinya dengan memusuhi mereka.
         
Penghormatan yang diberikan dalam bentuk doa ini sangat dihargai, didengar dan diperhatikan oleh Allah sehingga diabadikan di dalam al – qur'Ansor sebagai tarbiyah (pendidikan) dan contoh yang baik bagi kita dalam menghormati dan menghargai (jasa dan pengorbanan) orang-orang yang beriman yang lebih dahulu dari kita, terutama generasi awal Islam ( para sahabat) yang melalui jalur mereka itu kita menerima hidayah Islam

         

Doa Memulai dan Mengakhiri Belajar – (199)

    a. Memulai Belajar dengan membaca :   رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا   وَرَسُوْلاً. ...