اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبىِّ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ عَلَيْكَ
تَوَكَّلْتُ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ,
مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ, وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ, لاَحَوْلَ وَلاَ
قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ
أَعْلَمُ أَنَّ الله عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, وَ أَنَّ الله قَدْ
أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِى وَ مِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ
أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَـتِهَا إِنَّ رَبىِّ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ.
Alloohumma anta rabbii, laa ilaaha illaa anta, alaika taw.kkaltu, wa anta
rabbul ‘arsyil ‘azhiim. Maa syaa-Alloohu kaana, wamaa lam yasya’ lam yakun. Wa
laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. A’lamu
annallooha ‘alaa kulli syai-in qadiir, wa annallooha qad ahaatha bikulli
syai-in ‘ilmaa. Alloohumma innii a’uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarri
kulli daabbatin anta aakhidzun binaashiyatihaa. Inna rabbii ‘alaa shiraathim-mustaqiim.
Artinya : “Ya Allah! Engkau Tuhanku. Tiada tuhan selain Engkau. Hanya
kepada-Mu aku bertawakkal, dan Engkau Tuhan Penguasa ‘arasy yang agung. Apa
yang dikehendaki Allah, akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, tidak
akan terjadi. Tiada daya dan tiada kekuatan, selain dengan pertolongan Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Aku tahu bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
bahwa Ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Ya Allah! Aku memohon perlindungan
kepada-Mu dari kejahatan diriku dan dari kejahatan semua hewan melata yang
telah berada didalam pengendalian-Mu. Sesungguhnya Tuhanku senantiasa berada di
jalan yang lurus”.
Rasulullah saw
bersabda, “Siapa saja yang membacanya, maka apa saja yang tidak ia
kehendaki, tidak satu pun yang akan menimpa pada dirinya, keluarganya dan
hartanya”.
Dalam kitab Abwabul
Faraj disebutkan suatu riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Sinni, bahwa
seseorang pernah mendatangi Abu Darda’ ra seraya mengadu, “Wahai Abu Darda’!
Aku melihat Rumahmu terbakar”. Abu Darda’ menjawab, “Bukan rumahku, karena aku
pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa saja yang membaca dzikir ini
(sebagaimana di atas) di pagi hari, ia akan terhindar dari dari bencana yang
mungkin mengenai dirinya, keluarganya dan harta bendanya’. Aku selalu
membacanya setiap pagi”.
Abu Darda’ lantas mengajak para sahabat pergi ke
rumahnya, untuk menyaksikan rumahnya yang dikabarkan terbakar. Ternyata yang
terbakar adalah rumah-rumah di sekitar rumahnya. Sementara
rumahnya sendiri, tidak sedikit pun yang terbakar. Jika doa dzikir tersebut dibaca di waktu sore, maka
akan terhindar dari bencana pada malam harinya.