Sabtu, April 05, 2014

72. I'TIROF, Doa Syi'ir Pengakuan Dosa & Pertaubatan Abu Nawas





MANAQIB  (BIOGRAFI) SINGKAT
ABU NUWAS /  ABU NAWAS

Al-Hasan bin Hani al-Hakami, yang sering dipanggil dengan nama Abu Nuwas atau  Abu Nawas adalah seorang penyair Arab termasyhur pada masa kholifah Harun ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M) dari Dinasti Abbasiyah. Abu Nawas lahir di Ahwas-Iran pada tahun 757 M dan wafat di Bagdad pada tahun 814 M. Ayahnya adalah tentara kholifah Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Dinasti Bani Umaiyah yang beribu kota di Damaskus. Ibunya yang bernama Jelleban, adalah seorang wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. (bulu domba).
Ayahnya meninggal dunia ketika Abu Nawas masih kecil. Ia lantas dibawa oleh ibunya merantau ke kota Basrah. Di sana, ia belajar bahasa dan sastra Arab kepada dua orang sastrawan Arab yaitu : Abu Zaid dan Abu Ubaidah. Selain itu, ia juga berkesempatan belajar ilmu Hadis kepada Abdul Walid bin Ziyad, Mu’tamir bin Sulaiman, Yahya bin Sa’id al-Qattan, dan Azhar bin Sa’d as-Samman, serta belajar Al-Qur’an kepada Ya’kub al-Hadrami.
Seorang penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, sangat kagum dan tertarik dengan bakat kepenyairan Abu Nawas. Lantas ia membawa Abu Nawas ke kota Ahwaz. Setelah itu ke kota Kufah. Di kota ini, Abu Nawas belajar kepada Khalaf al-Ahmar, seorang penyair Arab terkemuka saat itu. Penyair itu kemudian menyuruh Abu Nawas pergi berdiam di pedalaman padang pasir, hidup bersama-sama dengan kabilah Arab Badui, agar ia bisa menghayati dan memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama setahun. Setelah itu, Abu Nawas pindah ke kota Bagdad dan berkumpul dengan para penyair di kota itu. Ia pun bergaul dengan beberapa Amir dan menggubah puisi pujian bagi mereka.
Berita tentang kepandaian Abu Nawas dalam berpuisi, sampailah ke istana kholifah Harun Ar-Rasyid, melalui seorang musikus istana, Ishaq al-Mausuli. Abu Nawas dimintanya agar bersedia menjadi penyair istana (syair al-bilad) dengan tugas khusus menggubah puisi-puisi pujian untuk sang Khalifah.
Pada suatu ketika, Abu Nawas melantunkan puisi yang menghina kabilah Arab Mudhor. Hal ini membuat sang Khalifah murka, dan menjebloskannya ke penjara. Setelah bebas, Abu Nawas menghindar dari kehidupan sang Khalifah, kemudian mengabdi kepada pembesar istana dari keluaga Barmak, yang pada akhirnya pembesar itu dibinasakan oleh sang Khalifah  pada tahun 803 M.
Sejak hancurnya keluarga Barmak, Abu Nawas memutuskan untuk pergi ke negeri Mesir. Ia menggubah puisi-puisi untuk dipersembahkan kepada gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Setelah Harun ar-Rasyid meninggal dunia, Abu Nawas kembali lagi ke kota Baghdad dan menjadi penyair istana bagi Khalifah al-Amin, putra Harun Al-Rasyid.
Puisi-puisi gubahan Abu Nawas terdiri atas beberapa tema, yang meliputi tema pujian (madh), satire (hija’), kehidupan zuhud (zuhdiyah), lelucon dan senda gurau (mujuniyat). Puisi mujuniyat-nya terkadang melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama, sehingga ia dicap sebagai penyair fasik atau zindik.
Puisi khumroyat-nya membuatnya dikenal sebagai “Penyair Khomer”, karena ia pertama kali mengangkat khamar, minuman haram, sebagai tema puisi-nya. Dalam puisi khumroyat-nya ini, ia menguraikan tentang kelezatan dan keburukan khomer, tentang buah anggur beserta proses pemerasan dan pengolahannya, tentang rasa khomer beserta warna dan buahnya, juga tentang perilaku edan para peminumnya yang sedang mabuk. Pada masa GENDENG-nya ini, ia memperolok Hadis-hadis Nabi yang melarang minum khomer. Karena menurutnya, khomer dapat menenangkan hati yang risau dan gundah, dan dapat membuatnya hidup bersenang-senang dengan para wanita cantik yang menuangkan khomer ke dalam gelasnya.
Tetapi pada masa menjelang akhir hayatnya, ia mengoreksi dan membuang puisi-puisi masa lalunya, lalu menggantinya dengan puisi-puisi yang semuanya bertemakan kehidupan zuhud. Didalam syairnya tersebut, ia mengungkapkan rasa peyesalannya, ia bertobat atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, kemudian dibarengi dengan keinginannya untuk menjalani kehidupan zuhud,. Yaitu pola hidup menjauhi semua kesenangan duniawi, demi meraih kebahagiaan ukhrowi.
Syair-syair Abu Nawas dihimpun dalam “Diwan Abi Nuwas” dan diterbitkan di Wina (1855); di Greifswarld (1861), cetakan litografi di Cairo (1277 H/1860 M); Beirut (1301 H/1884 M); dicetak di Bombay (1312 H/1894 M); dan Cairo (1898 dan 1932). Puisi itu dihimpun dari tulisan berbentuk manuskrip yang tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul. Penerbitan pertama tahun 1855 diedit oleh A. Von Kremer dalam bahasa Jerman dengan judul “Diwan des Abu Nowas des grossten lyrichers Dichter der Araber”.
Diantara syairnya itu, adalah syair "ILAAHI LASTU LILFIRDAUSI AHLAN  *  WALAA AQWAA 'ALAN-NAARIL JAHIIMI …. dst." yang hampir setiap ba'da sholat jum'at dibaca kaum muslimin.
  





إِلَهِيْ  لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ#
وَلاَ أَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيْمِ


Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan  @    
wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim


فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِي #
فَإنّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ


Fa hablii taubatan waghfir zunuubii   @     
fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar


ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ #
فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالْجَلاَلِ

Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali   @     
fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan


وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ  #  
وَذنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي


Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi   @     
wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya


إِلَهِيْ عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاكَ   #   
مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka   @     
muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka

Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu


فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ  #   
فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاكَ

Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun   @     
wa in tathrud faman narjuu siwaaka

Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni,
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?







Jumat, April 04, 2014

71. HIZIB BAHR versi Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad

بسم الله الرحمن الرحيم.

Saya izinkan dan ijazahkan kepada siapa saja yang menginginkan hizib atau dzikir & doa ini untuk diamalkan, di-download, di-share, diperbanyak, dicetak atau disebarluaskan dalam rangka untuk taqorrub & لابتغاء مرضات الله. 

Semoga ada berkah dan manfaatnya, لي ولكم ولاهل بيتي وذرياتي

نسال الله بها العفو و  العافية، والبركة، والقبول، وتيسير الارزاق والامور، ولدفع البلاء والوباء، وخيري الدنيا والاخرة 






بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اللّهُمَّ يَا عَلِيُّ يَاعَظِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيْمُ أَنْتَ رَبِّى, وَعِلْمُكَ حَسْبِى, فَنِعْمَ الرَّبُّ رَبِّى, وَنِعْمَ الحَسْبُ حَسْبِى, تَنْصُرُ مَنْ تَشَاءُ وَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الرَّحيْمُ,
 Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Alloohumma yaa ‘Aliyyu yaa ‘azhiimu yaa haliimu yaa ‘aliim. Anta Rabbii, wa’ilmuka hasbii, fani’mar-rabbu rabbii, wani’mal hasbu hasbii, tanshuru man tasyaa-u wa antal ‘aziizur rahiim.
Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai Yang Maha Luhur, Wahai Yang Maha Agung, Wahai Yang Maha Penyantun, Wahai Yang Maha Mengetahui. Engkaulah Tuhanku dan cukup bagiku ilmu-Mu. Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanku. Dan sebaik-baik pencukupan adalah pencukupanku. Engkau menolong orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Perkasa/Mulia lagi Maha Penyayang.

نَسْئَلُكَ الْعِصْمَةَ فِى الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ وَالْكَلِمَاتِ وَالإِرَادَاتِ وَالْخَطَرَاتِ, مِنَ الظُّنُونِ وَالشُّكُوكِ وَاْلأَوْهَامِ السَّاتِرَةِ لِلْقُلُوبِ عَنْ مُطَالَعَةِ الْغُيُوبِ.
 Nas-alukal ‘ishmata fil harakaati was-sakanaati wal kalimaati wal iraadaati wal khatharaati, minadz-dzunuuni was-Syukuuki, wal auhaamis-saatirati lilquluubi ‘an muthaala’atil ghuyuub.
Kami memohon kepada-Mu penjagaan terhadap segala gerak-gerik, diam, kata-kata, kehendak, pikiran (unek-unek), persangkaan, keraguan, dan angan-angan yang menutup hati untuk dapat melihat yang ghaib.

فَقَدِابْتَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا. وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورًا.
Faqadibtalal mukminiina wazulziluu zilzaalan syadiidaa. Wa idz yaquulul munaafiquuna walla-dziina fiiquluubihin maradhum-maa wa’ada-nalloohu wa rasuuluhuu illaa ghuruuraa. 
Allah benar-benar menguji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya".  (QS al-Ahzab : 12).
                                                          
فَثَبِّتْنَا وَانْصُرْنَا وَسَخِّرْلَنَا هَذَا الْبَحْرَ كَمَا سَخَّرْتَ الْبَحْرَ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وسَخَّرْتَ النَّارَ ِلإِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وَسَخَّرْتَ اْلجِبَالَ وَالْحَدِيْدَ لِدَاوُدَ  عَلَيْهِ السَّلاَمُ, وسَخَّرْتَ الرِّيْحَ وَالشَّيَاطِيْنَ وَالْجِنَّ لِسُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ,
Fa tsabbitnaa wanshurnaa wasakh-khir lanaa haadzal bahra kamaa sakh-khartal bahra limuu-saa ‘alaihis-salaam, wasakh-khartan naara li-ibraahiima ‘alaihis-salaam, wasakh-khartal jibaa-la wal hadiida lidaawuuda ‘alaihis-salaam,
Karenanya, kuatkanlah kami, tolonglah kami, dan tundukkanlah lautan ini kepada kami, sebagaimana Engkau telah menundukkan lautan kepada Nabi Musa as; Engkau tundukkan api kepada Nabi Ibrahim as; Engkau tundukkan gunung dan besi kepada Nabi Dawud as; dan Engkau tundukkan angin, syetan dan jin kepada Nabi Sulaiman as

وَسَخِّرْلَنَا كُلَّ بَحْرٍ هُوَ لكَ فِى الأَرْضِ وَالسَّمَاءِ, وَالْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ, وَبَحْرِ الدُّنْيَا, وَبَحْرِ اْلآخِرَةِ, وَسَخِّرْلَنَا  كُلَّ شَيْئٍ, يَامَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْئٍ,
wa sakh-khartar-riiha wasy-syayaathiina wal jinna lisulaimaana ‘alaihis-salaam, wasakh-kharta kulla bahrin huwa laka fil ardhi was-samaa-i, walmulki walmalakuuti, wabahrid-dunyaa wabahril aakhi-rah. Wasakh-khir lanaa kulla syai-in. Yaa man biyadihii malakuutu kulli syai’.
Tundukkanlah kepada kami semua lautan milik-Mu yang berada didalam bumi, langit, kerajaan-Mu dan kekuasaan atas segala sesuatu; (tundukkanlah kepada kami) lautan dunia dan lautan akhirat. Serta tundukkanlah kepada kami segala sesuatu. Wahai Dzat yang kekuasaan-Nya terhadap segala sesuatu berada didalam genggamannya.


كهيعص كهيعص كهيعص. حمعسق. اُنْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ, وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ, وَاغْفِرْلَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ اْلغَافِرِيْنَ, وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ, وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ,
Kaaf haa yaa ‘aiin shaad, Kaaf haa yaa ‘aiin shaad, Kaaf haa yaa ‘aiin shaad. Haa Miim ‘Aiin Siin Qaaf.  Unshurnaa  fa-innaka khairunnaashiriin, waftah lanaa fa-innaka khai-rul faatihiin, waghfirlanaa fa-innaka khairul ghaafiriin, warhamnaa fa-innaka khairur-raahi-miin, warzuqnaa fa-innaka khairur-raaziqiin, wahdinaa wanajjinaa minal qaumizh-zhaalimiin,
Kaaf haa yaa a’iin shaad (3x). Haa Miim ‘Aiin Siin Qaaf. Tolonglah kami, karena Engkau adalah sebaik-baik penolong. Bukakanlah buat kami, karena Engkau adalah sebaik-baik pembuka. Ampunilah kami, karena Engkau adalah sebaik-baik pengampun. Sayangilah kami, karena Engkau adalah sebaik-baik. Anuerahilah kami rizki, karena Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Dan tunjukilah kami dan selamatkanlah kami dari (gangguan) orang-orang yang zhalim.


وَهَبْ لَنَا رِيْحًا طَيِّبَةً   كَمَا هِيَ فِى عِلْمِكَ, وَانْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَائِنِ رَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ الْكَرَامَةِ مَعَ السَّلاَمَةِ وَالْعَافِيَةِ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا والأخِرَةِ, َإِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ,

wahab lanaa riihan thayyibatan kamaa hiya fii ‘ilmika, wansyurhaa ‘alainaa min khazaa-ini rahmatika, wahmilnaa bihaa hamlal karaamati ma’as-salaamati wal ‘aafiyati fid-diini wad-dunyaa wal aakhirah, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir.
Anugerahilah kami angin yang baik, sebagaimana ia didalam pengetahuan-Mu. Tebarkanlah ia (angin) kepada kami dari perbendaharaan (gudang simpanan) rahmat-Mu. Pikulkanlah kepada kami dengannya muatan/beban kemuliaan bersama keselamatan dan kesejahteraan dalam urusan agama, dunia dan akhirat. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.


اللّهُمَّ يَسِّرْ لَنَا اُمُورَنَا مَعَ الرَّاحَةِ لِقُلُوبِنَا وَأَبْدَانِنَا, وَالسَّلاَمَةَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا,
وَكُنْ لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَحَضَرِنَا وَخَلِيفَةً فِى أَهْلِنَا, وَاطْمِسْ عَلَى وُجُوهِ أَعْدَائِنَا, وَامْسَخْهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَلاَ يَسْتَطِيْعُونَ الْمُضِيَّ وَلاَ الْمَجِىْءَ إِلَيْنَا,
Alloohumma yassir lanaa umuuranaa ma’arraahati liquluubinaa wa abdaaninaa, was-salaamati wal’aafiyati fii diininaa wadunyaanaa,
wakun lanaa shaahiban fii safarinaa wa hadharinaa wakhaliifatan fii ahlinaa, wathmis ‘alaa wujuuhi a’daa-inaa, wamsakh-hum ‘alaa makaanatihim falaa yastathii’uunal mudhiyya walal majii-a ilainaa. 
Ya Allah! Mudahkanlah untuk kami urusa-urusan kami disertai perasaan gembira (lega) bagi hati dan badan kami, serta keselamatan dan kesejahteraan dalam urusan agama kami dan dunia kami.
Jadilah Engkau sebagai teman dalam erjalanan kami dan pengganti dalam keluarga kami. Binasakanlah wajah musuh-musuh kami dan buatlah mereka cacat/cedera di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak mampu melewati dan tidak dapat datang kepada kami.


وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلاَ يَرْجِعُونَ 
Walau nasyaa-u latha-masnaa ‘alaa a’yunihim fastabaqus-shiraata fa-annaa yubshiruun. Walau nasyaa-u lamasakhnaahum ‘alaa makaanatihim famastathaa’uu mudhiyyan walaa yarji’uun.
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya). Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali. (QS Yasin : 66-67).


يس. وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ. إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ. عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ. لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ ءَابَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ. لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ. إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلاَلاَ فَهِيَ إِلَى اْلأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ. وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لاَ يُبْصِرُونَ.
Yaa siin. Walqur-aanil hakiim. Innaka laminal mursaliin. ‘alaa shiraathimmustaqiim. Tanziilal ‘aziizir-rahiim. Litundzira qauman maa undzira aabaa-uhum fahum ghaafiluun. Laqad haqqal qaulu ‘alaa aktsarihim fahum laa yukminuun. Innaa ja’alnaa fii a’naaqihim aghlaalan fahiya ilal adzqaani fahum muqmahuun. Waja’alnaa min baini aidiihim saddan wamin khalfihim saddan fa-aghsyainaahum fahum laa yubshiruun.
Yaasiin. Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.   Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS Yaasiin : 1-9).

شَاهَتِ الْوُجُوهِ (3×) وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا.
Syaahatil wujuuh (Dibaca 3 x). Wa’anatil wujuuhu lilhayyil qayyuumi waqad khaaba man hamala zhulmaa. 
Buruklah wajah-wajah mereka.Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. (QS Thaha : 111).

طس. حمعسق. مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَ يَبْغِيَانِ.
Thaa siin. Haa miim aiin siin qaaf. Marajal bahraini yaltaqiyaani bainahumaa barza-khun laa yabghiyaan.
Thaa siin. Haa miim ‘aiin siin qaaf.  Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.  (QS ar-Rahman : 19-20).

حم حم حم حم  حم حم حم. حُمَّ  اْلأَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرُ فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُونَ.
حم. تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ.
Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim. Hummal amru wajaa-an nashru, fa’alainaa laa yunsharuun. 
Haa miim, Tanziilul kitaabi minal-loohil ‘aziizil ‘aliim. Ghaafiridz-dzanbi waqaabilit-taubi syadiidil ‘iqaabi dzit-thauli laa ilaaha illaa huwa ‘alaihil mashiir. 
Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, Haa miim, urusan diluaskan dan datang pertolongan/kemenangan kepada kami, sehingga mereka tidak mendapatkan pertolongan.
Haa miim. Diturunkan Kitab ini (Al Qur'an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (QS al-Mukmin : 1-3).

بِسْمِ اللَّهِ بَابُنَا, تَبَارَكَ حِيَطَانُنَا, يس سَقْفُنَا, كهيعص كِفَايَتُنَا, حمعسق حِمَايَتُنَا, ق. وَالْقُرْآنِ اْلمَجِيْدِ وِقَايَتُنَا,
Bismillaahi baabunaa, tabaaraka hiithaanunaa, yaa siin saqfunaa, kaa haa yaa ‘aiin shaad kifaayatunaa, haa miim ‘aiin siin qaaf himaa-yatunaa. Qaaf, walqur-aanil majiidi wiqaa-yatunaa.
‘Bismillah’ pintu kami, ‘Tabaaraka’ pagar kami, ‘Yaasiin’ atap kami, ‘Kaaf haa yaa ‘aiin shaad’ pelindung kami, dan ‘Haa miim ‘aiin siin qaaf’ pemelihara kami. ‘Qaaf. Wal-qur-aanil majiid’, penjaga kami.

فَسَيَكْفِيْكَهُمُ الله وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (3×)
Fasayakfiikahumullooh, wahuwas-samii’ul ‘aliim  (3 x).
Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah : 137).

سِتْرُ الْعَرْشِ مَسْبُولٌ عَلَيْنَا, وَعَيْنُ الله نَاظِرَةٌ إِلَيْنَا, بِحَولِ اللهِ لاَ يُقْدَرُ عَلَيْنَا,
 وَاللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ  . بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌ  . فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ.  
Sitrul’arsyi masbuulun ‘alainaa, wa’ainulloohi naazhiratun ilainaa, bihaulillaahi laa yuqdaru ‘alainaa.
Walloohu min waraa-ihim muhiith. Bal huwa qur-aanum-majiid. Fii lauhim-mahfuuzh.
Tirai ‘arasy diturunkan kepada kami dan ‘Mata’ (Pengawasan) Allah memandang kami, berkat kekuatan Allah mereka tidak mampu menguasai kami.
Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka.  Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (QS al-Buruj : 20-22)

فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (3×)
Falloohu khairun haafizhan wahuwa arhamur-raahimiin. (Dibaca 3 x). 
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS Yusuf : 64).

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ (3×).
Inna waliyyiyalloohul ladzii  nazzalal kitaaba wahuwa yatawallas-shaalihiin. (Dibaca 3 x).
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. (QS al-A’raf : 196).

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَـقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (3×)
Fain tawallau faqul Hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul’arsyil ‘azhiim. (3 x). 
Jika mereka berpaling (beriman), maka katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung. (QS at-Taubah : 129).

بِسْمِ الله الّذِي   لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ  وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (3×)
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihii syai-un fil ardhi walaa fis-samaa-i wahuwas-samii’ul ‘aliim (Dibaca 3 x).
Dengan menyebut asma’ Allah Yang dengan asna’-Nya itu tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ,
Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim ( 3 x). 
Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.

وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِـيْرًا . وَ الْحَمْدُ لِلّـَهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
.
Washallalloohu ‘alaa sayyidinaa muhammadinin-Nabiyyil ummiyyi wa’alaa aalihii washahbihii wasallam.
Semoga Allah melimpahkan rahmat ta’zhim dan salam sejahtera kepada junjungan kami  Muham-mad, seorang Nabi yang buta huruf, dan juga kepada para keluarga dan sahabatnya.


Doa Memulai dan Mengakhiri Belajar – (199)

    a. Memulai Belajar dengan membaca :   رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا   وَرَسُوْلاً. ...