Sabtu, Juni 10, 2017

DOA NABI AYYUB - [150]






Doa Mohon Dihindarkan Dari Segala Penderitaan



رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ


Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".

Nabi Ayyub  berkebangsaan Rum (Romawi). Garis keturunan dari ayahnya adalah Ayyub bin Amush bin Rozah bin Aish bin Nabi Ishaq  bin Nabi Ibrahim . Adapun ibunya adalah keturunan dari Luth bin Haran. Sedangkan Haran adalah saudara Nabi Ibrahim .
Isteri Nabi Ayyub  bernama Rohmah binti Ifroyim bin Nabi Yusuf  bin Nabi Ya’qub  bin Nabi Ishaq  bin Nabi Ibrahim .





















Suatu saat, para malaikat membicarakan manusia, tentang siapakah yang paling kuat imannya dan paling hebat ketaatannya kepada Alloh. Akhirnya mereka berkesimpulan bahwa pada saat itu manusia yang paling kuat imannya dan paling bagus kjetaatannya kepada Alloh adalah Nabi Ayyub. Disamping sebagai seorang Nabi, beliau adalah seorang hartawan, yang dikaruniai oleh Alloh kekayaan yang melimpah berupa perkebunan dan peternakan unta, sapi, kuda, himar dan lain-lain dengan jumlah mencapai ribuan. Beliau juga dikaruniai anak ayng banyak dan seorang isteri yang sangat cantik. Tetapi nikmat dan karunia yang begitu banyak tersebut tidak sedikitpun yang menyurutkan keimana, ibadah dan ketaatannya kepada Alloh. Tidak henti-hentinya beliau ungkapkan rasa syukur kepada Alloh dalam bentuk berbelas kasihan kepada sesama, terutama kepada kaum fakir-miskin, para janda, anak-anak yatim, dan tambahan bekal untuk para musafir. Beliau sangat terkenal sebagai orang yang sangat menghormati dan memulyakan tamu. Semua itu membuat para malaikat merasa kagum kepada beliau, kemudian memohonkan rahmat untuk beliau.
Pada waktu itu, Iblis masih bebas naik-turun ke langit untuk mencari dan mencuri kabar berita, termasuk menyadap pembicaraan para malaikat tentang kemulyaan Nabi Ayyub. Tentu saja hal ini membuat Iblis merasa iri dan dengki kepada beliau. Ketika pada puncak kedengkiannya,  Iblis dengan lancangnya menghadap kepada Alloh seraya memohon : “Wahai Tuhan, Ayyub beribadah sesungguhnya bukan karena Engkau. Ia memuji dan bersyukur juga bukan karena Engkau, akan tetapi adalah agar harta dan anak-anaknya tidak berkurang, bahkan agar semakin bertambah banyak. Sekiranya Engkau memberinya musibah, tentu ia akan meninggalkan syukur dan ketaatannya kepada Engkau
Alloh  menjawab : “Ayyub itu hambaKu yang beriman dengan tulus dan ikhlas. Ia menyembahKu dengan penyembahan yang murni, jauh dari pengaruh harta dunia. Kamu boleh mengujinya”.
Alloh  mengizinkan Iblis la’natulloh mengganggu dan menguji keimanan Nabi Ayyub, agar kesucian iman, ketaatan, kesabaran dan kesyukurannya dapat menjadi teladan bagi umat manusia sesudahnya.
Iblis segera mengumpulkan syetan-syetan dan jin Ifrit untuk membunuh semua ternak Nabi Ayyub. Tidak sampai genap satu malam, seluruh ternak beliau mati mengenaskan. Iblis la’natulloh merubah bentuk aslinya menjelma menjadi seorang manusia (kepala desa), kemudian datang menemui Nabi Ayyub yang saat itu sedang shalat untuk mengabarkan keadaan ternaknya : “Wahai Ayyub, semua ternakmu mati bergelimpangan dimana-mana. Tak seekor pun yang terlihat hidup. Tuhan yang selalu engkau sembah dan engkau puji ternyata tidak mampu menolongmu. Ini berarti bahwa ibadahmu selama ini sia-sia dan tidak ada manfaatnya”.
Jawaban Nabi Ayyub : “Semua ternak itu milik Alloh yang dititipkan kepadaku. Saat ini ternak-ternak tersebut diambilNya kembali, dan aku pun tidak berhak menghalanginya, karena itu semua adalah milikNya. Terpujilah Dzat yang memiliki dan terpujilah Dzat  mengambilnya kembali hak milikNya”.
Melihat keteguhan dan kesabaran Nabi Ayyub, Iblis la’natulloh semakin dengki. Ia mengumpulkan para pengikutnya dari kalangan syetan dan jin Ifrit. Mereka ditugasi merusak seluruh perkebunan milik Nabi Ayyub. Mereka menggiring angin kencang dan awan panas ke arah perkebunan beliau, sehingga seluruh tanamannya menjadi mati dan rusak berantakan. Tak satu batangpun pohon dan tanaman yang hidup.  Sekali lagi Iblis la’natulloh mendatangi Nabi Ayyub yang saat itu sedang khusyuk dalam sujudnya. Dengan menyerupai seorang tetua yang bijak, Iblis mengabarkan keadaan perkebunannnya yang hancur berantakan. Nabi Ayyub mengatakan kepadanya ; “Maha Terpuji Tuhan yang telah menurunkan nikmat. Dan Maha Terpuji Tuhan yang menurunkan siksa. Semua yang ada di alam semesta ini merupakan milikNya yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan mengambilnya kembali dari siapa saja yang dikehendakiNya.” 
Iblis la’natulloh benar-benar merasa kecewa. Semua usaha dan tipu dayanya menggoda Nabi Ayyub gagal total. Namun ia tidak lekas putus asa dan terus berupaya menggoda keimanan dan ketabahan beliau. Iblis segera menghadap kepada Alloh dan berkata : “Ya Alloh, Ayyub masih tetap memuji Engkau setiap menerima nikmat dan selalu sabar setiap menghadapi berbagai cobaan. Itu semua adalah disebabkan ia merasa masih mempunyai anak-anak yang diharapkan dapat menolongnya. Bila Engkau mengizinkan, aku akan melenyapkan semua anak-anaknya, dan aku yakin bahwa dengan cara seperti ini maka akan nampak kekafiran dan keingkarannya kepada Engkau”.

Alloh menjawab : “Kamu boleh merusak anak-anaknya, tetapi kamu akan melihat bahwa Ayyub tidak akan goyah keimanannya, ia tidak akan berkurang kesabaran dan syukurnya”.
Dengan bantuan bala tentaranya, Iblis laknatulloh menghancurkan rumah-rumah tempat tinggal anak-anak Nabi Ayyub dan menewaskan mereka, sehingga tidak satupun anak beliau yang masih hidup. Iblis kemudian menemui beliau dan berkata: “Wahai Ayyub, semua rumah anak-anakmu telah hancur dan semua anak-anakmu mati karena tertimbun reruntuhan rumahnya. Itulah balasan yang Alloh berikan atas pengabdianmu kepadaNya”.
Nabi Ayyub bersujud sambil berlinang air mata, seraya berkata : “Alloh yang memberi. Alloh yang mengambilnya kembali. Alloh yang menghidupkan dan Alloh pula yang mematikan. Terpujilah Dia yang menjalankan hakNya, dan atas semuanya itu aku memujiNya
Iblis la’natulloh sangat kecewa atas kegagalan usahanya itu. Tetapi dasar Iblis, ia masih berupaya mencari cara lain untuk meruntuhkan iman Nabi Ayyub. Ia kembali menghadap kepada Alloh, dan dengan berbagai alasan ia meminta izin untuk merusak kesehatan badan beliau dengan berbagai macam penyakit”.
Alloh memang telah memilih Nabi Ayyub sebagai salah seorang hambaNya yang sabar, tabah dan kuat imannya dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, untuk dijadikan sebagai suri teladan bagi orang-orang yang beriman. Alloh pun kemudian mengizinkan Iblis melakukan tipu dayanya terhadap Nabi Ayyub.
Iblis bereaksi dengan cepat menebarkan suatu penyakit yang cukup berbahaya kedalam tubuh Nabi Ayyub, sehingga beliau hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Berbilang hari, pecan, bulan dan tahun dilaluinya bersama penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Tubuh yang semula gagah dan tampan menjadi lunglai tak berdaya, kurus, pucat, matanya cekung dan muram. Hartanya habis dan seluruh anak-anaknya mati tak tersisa satupun. Sementara itu sanak saudara dan teman-temannya yang dahulu sangat akrab, satu persatu mereka meninggalkannya, seolah-olah mereka tidak pernah mengenalnya. Satu-satunya orang yang setia kepada beliau adalah Rohmah, isterinya. Dialah yang selalu mendampingi, melayani dan menghiburnya dengan penuh keilhlasan, kesabaran dan keteguhan iman.
Sahabat dan tetangga yang dahulu setia berubah membenci dan mengejeknya. Bukan belas kasih dan pertolongan yang mereka berikan, akan tetapi mereka malah tega mengusir Nabi Ayyub dan istrinya keluar dari kampung halaman mereka. Jerit tangis Rohmah melengking sekeras-kerasnya begitu ia mendengar kata-kata mereka yang kasar dan tidak ada rasa kemanusiaan mengusir dia dan suaminya keluar dari tanah kelahiranya sendiri. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia gendong suaminya keluar kampung menuju hutan, dan tinggal di sebuah gubuk yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya.
Untuk kebutuhan makan sehari hari, Rohmah bekerja sebagai tukang potong roti pada seorang pedagang di suatu kota. Setiap sore ia pulang dari tempatnya bekerja sambil membawa beberapa iris roti sebagai upahnya untuk dimakan bersama suaminya. Hari demi hari pekerjaan ini dilalui secara rutin oleh Rohmah dengan penuh kesabaran, tetapi pedagang itu akhirnya mengetahui bahwa Rohmah adalah istri Nabi Ayyub. Mereka merasa khawatir tertular penyakit suaminya, sehingga Rohmah tidak dizinkan lagi bekerja di tempatnya. Seketika itu ia Rohmah pulang ke gubuknya dengan tangan hampa. Hari-hari berikutnya dia bersama suaminya tanpa makan dan minum sampai akhirnya dia memutuskan hendak pergi lagi untuk mencari makanan, meskipun Nabi Ayyub agak keberatan melepas kepergian istrinya karena dikhawatirkan tidak kembali. Namun Rohmah berjanji, bahwa selagi masih hidup, dia akan setia kepada beliau.
Nabi Ayyub sangat sedih, kemudian menangis. Beliau menangis bukan menangisi nasibnya, akan tetapi karena rambut Rohmah yang membuatnya bertambah cantik dan menarik itu telah dijualnya. Namun Rohmah adalah seorang istri yang sangat bijaksana. Dia berkata dan menghibur suaminya : “Insya Alloh, rambutku akan tumbuh kembali. Bahkan akan lebih indah dari yang sudah hilang”.
Nabi Ayyub pun merasa puas dan bersyukur dengan memuji Alloh, bertasbih dan bertakbir. Bahkan beliau sampai pada puncaknya kata munajat : “Ya Alloh, aku ridho sekiranya Engkau cabut semua nikmat yang Engkau berikan kepadaku : harta, anak, kesehatan, bahkan darah, daging dan tulangku. Namun aku memohon jangan Engkau cabut dua nikmatMu dariku, yaitu akal pikiran dan lidahku. Karena dengan akal aku masih bisa mengingatMu dan dengan lidah aku masih bisa berdzikir memuji dan menyebut Asma’Mu”.
Sungguh luar biasa kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub. dalam keadaan semacam itu beliau masih tetap memuji syukur, berdzikir dan menyebut Asma’ Alloh  di balik itu, Iblis juga masih tetap gigih dan tanpa mengenal putus asa berusaha menimpakan berbagai cobaan kepada Nabi Ayyub dan isterinya. Ketika Iblis berulang-ulang gagal dan tidak mampu menggoyahkan kesabaran dan ketabahan iman Nabi Ayyub, Iblis kemudian mengalihkan perhatiannya menggoda isterinya. Iblis mengingatkan Rohmah akan masa jaya-jayanya yang penuh kemewahan dan kesenangan hidup bersama anak-anaknya. Iblis mengingatkan Rohmah, bagaimana dahulu para sanak kerabat, teman-teman dan tetangganya silih berganti mengunjungi rumahnya dengan penuh keakraban. Akan tetapi kini semua itu telah berganti dengan penderitaan yang datang bertubi-tubi. Sedikit demi sedikit ingatan masa lalu yang dipompakan oleh Iblis tersebut mempengaruhi hati Rohmah, sehingga tanpa menyadari akibatnya dia mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan suaminya : “Wahai Ayyub, sampai kapan Alloh menyiksamu seperti ini? Harta benda, anak-anak, teman-teman dan tubuhmu yang dahulu sehat, gagah dan tampan, kemana perginya semua itu?

Hati Nabi Ayyub benar-benar sangat sedih begitu mendengar kata-kata istrinya tersebut. Di balik kata-kata isterinya itu tersirat bahwa istrinya sudah goyah pendiriannya. Kata Nabi Ayyub kepada istrinya: “Sungguh, Iblis telah menyesatkanmu, wahai Rohmah!”.

Rohmah membalas : “Kenapa engkau tidak berdoa saja kepada Alloh agar segera menghilangkan kesedihan dan bencana yang menimpa dirimu?

Jawaban Nabi Ayyub : “Aku malu kepada Alloh untuk meminta hilangnya bencana yang baru sebentar ini. Sekarang aku mengerti, bahwa pendirianmu sudah goyah dan imanmu menjadi tipis. Tinggalkan aku sendirian. Aku tidak membutuhkan kamu  untuk mengurusi aku. Aku tidak mau lagi memakan makanan dan meminum minuman yang kamu sajikan. Bila aku nanti sembuh, aku akan menghukummu seratus cambukan disebabkan kelemahan imanmu. Sekarang, biarkan aku seorang diri, menunggu ketetapan Alloh atas diriku”.

Puncak dari segala musibah, cobaandan ujian hidup telah dijalani oleh Nabi Ayyub dengan tanpa mengenal sesal, keluh kesah dan putus asa. Semuanya dilaluinya bersama pikiran yang selalu ingat kepada Alloh dan lisan yang selalu berdzikir. Delapan belas tahun Nabi Ayyub hidup dalam ujian yang begitu berat dan bertambah berat lagi setelah istrinya pergi meninggalkannya. Beliau kemudian berdoa kepada Alloh :

رَبِّ إِنَّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa bencana (penyakit) dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara yang penyayang”. (QS Al-Anbiya’ : 83)

Alloh kemudian berfirman yang artinya : “Hentakkan kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum
Begitu Nabi Ayyub menghendakkan kakinya, air bening nan segar seketika itu memancar dari dalam tanah. Dengan air itu beliau mandi dan minum. Atas izin Alloh, luka dan penyakit yang dideritanya lenyap seketika. Bahkan tubuh beliau semakin bugar, kuat dan lebih gagah disbanding keadaannya sebelum sakit. Beliau langsung bersujud dan bersyukur kepada Alloh.

Sementara itu, di hati Rohmah timbul rasa kangen. Dia ingin mengunjungi Nabi Ayyub u. Bagaimana kondisi suaminya setelah dia tinggalkan. Sesampainya di gubuk, dia tidak menemukan suaminya yang dahulu hanya tidur terbaring sakit di tempat tidurnya. Yang dia temukan adalah seorang lelaki muda belia yang nampak sangat gagah dan tampan. Dia bertanya kepada lelaki tersebut “Semoga Alloh memberkati anda. Apakah anda melihat seorang Nabiyulloh yang terbaring sakit di tempat ini? Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalau dia sehat, wajahnya mirip dengan anda!”.
“Akulah Ayyub”, kata lelaki tersebut.
Antara percaya dan tidak, Rohmah mengagumi perubahan yang begitu cepat pada diri suaminya. Seluruh penyakitnya telah sembuh secara ajaib, bahkan nampak lebih bugar, gagah dan tampan.
Allah memerintahkan kepada Nabi Ayyub agar menghukum istrinya tersebut seratus kali cambuk dengan setangkai rumput yang sudah kering. Setelah itu beliau menyuruh mandi dan minum dari mata air tersebut. Berkat karunia Alloh, keremajaan wajah dan tubuh Rohmah pun kembali seperti usia belasan tahun.

Alloh mengembalikan semua yang telah sirna, baik harta maupun anak-anak, bahkan dilipatgandakan, sebagai balasan atas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayyub. Beliau wafat dalam usia 93 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Doa Memulai dan Mengakhiri Belajar – (199)

    a. Memulai Belajar dengan membaca :   رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا   وَرَسُوْلاً. ...